2. Love Scamming
Selain sextortion, ruang digital juga membuat perempuan rentan menjadi korban love scamming. Love scamming atau romance scamming adalah bentuk penipuan di mana pelaku membangun hubungan romantis palsu secara daring (online) untuk memperoleh keuntungan pribadi, biasanya berupa uang.
Penipu merancang persona yang menarik dan meyakinkan. Pelaku sering kali berpura-pura sebagai orang sukses, sedang berada di luar negeri, atau bekerja di profesi bergengsi seperti tentara, dokter, atau pilot.
Setelah hubungan terasa dekat dan korban merasa nyaman, pelaku mulai memanfaatkan kepercayaan tersebut dengan meminta bantuan finansial. Dalihnya bisa sangat beragam, mulai dari kebutuhan darurat, biaya keluarga, bahkan biaya perjalanan untuk bertemu langsung yang semua itu hanyalah rekayasa.
3. Phising
Phising menjadi salah satu bentuk kejahatan digital yang meresahkan perempuan. Kejahatan ini bertujuan untuk mencuri informasi atau data sensitif milik korban.
Adapun data-data yang dimaksud seperti data pribadi, kredensial akun, hingga informasi finansial. Modus kejahatan digital phising dilakukan melalui e-mail, pesan teks, atau unggahan di media sosial.
Istilah phising ini berasal dari kata dalam bahasa Inggris fishing yang berarti memancing. Seperti halnya memancing ikan, pelaku phising mencoba 'memancing' korban untuk menyerahkan informasi pribadinya secara sukarela tanpa disadari.
Baca Juga: Termasuk Kejahatan Digital, Perempuan Perlu Tahu Ciri-Ciri Phising
Dalam praktiknya, phising sering dilakukan oleh pelaku yang mengaku sebagai institusi resmi atau pihak berwenang. Mereka menyisipkan tautan mencurigakan (phising link) dalam pesan yang terlihat profesional.
Korban yang kurang waspada mungkin akan mengklik tautan tersebut dan tanpa sadar memberikan informasi penting, contohnya password atau data keuangan pada pelaku.
4. Kekerasan Berbasis Gender Online
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) menjadi peristiwa yang cukup memprihatinkan dan membutuhkan perhatian khusus. KBGO sendiri merupakan tindakan yang menggunakan teknologi untuk melecehkan korban berdasarkan gender atau identitas seksualnya.
Pada dasarnya, semua orang bisa mengalami KBGO, namun perempuan masih kerap menjadi korban utamanya. Bukan itu saja, KBGO juga memberikan dampak buruk untuk korban seperti ketakutan, cemas, hingga depresi. Korban KBGO pun rentan menarik diri dari lingkungan sekitarnya.
Kawan Puan, saat kita memahami berbagai jenis kejahatan pada perempuan secara online, penting menjadi tetap waspada dalam menyelami dunia digital. Apalagi, kerentanan bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari komentar yang mengobjetifikasi, peretasan akun, hingga manipulasi emosional hingga rasa amanmu hilang.
Baca Juga: BRI Diduga Terkena Ransomware, Kenapa Bank Jadi Target Utama Kejahatan Digital?
(*)