Psikolog Ungkap Dampak Positif Co-Parenting Pasca Orang Tua Bercerai

Saras Bening Sumunar - Rabu, 13 Agustus 2025
Keuntungan co-parenting menurut psikolog.
Keuntungan co-parenting menurut psikolog. StudioKreativa

"Perpisahan orang tua merupaan hal yang siginifikan bagi anak, sehingga anak yang diberikan perpisahan secara fisik dan piskologis akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan di masa depan," ujarnya.

2. Lebih Mampu Mengelola Emosi

Kekompakan antara ayah dan ibu saat co-parenting memengaruhi kemampuan anak berusia 9-16 tahun dalam mengelola emosi. Sebisa mungkin, orangtua memiliki sudut pandang serupa tentang anak, termasuk anak perlu lingkungan aman dan nyaman untuk mengekspresikan emosinya.

"Ini akan membantu anak terbuka mengenai perasaannya, serta mampu mengelola diri secara efektif ketika merasakan emosi negatif," terang Alida.

3. Mengurangi Risiko Kemunculan Perilaku Bermasalah

Lebih jauh lagi, dampak positif lain dari pola asuh co-parenting setelah orang tua bercerai adalah mencegah kemunculan risiko perilaku bermasalah, terutama pada anak usia prasekolah.

Ketika kedua belah pihak aktif terlibat dalam mengasuh anak, meskipun sudah tidak berstatus sebagai suami dan istri, potensi munculnya perilaku seperti hiperaktif, membantah orangtua, atau merundung orang lain, akan berkurang.

Keterlibatan dalam mengasuh anak bukan sekadar kompak tentang cara mengasuh anak, tetapi juga saling menghargai di depan anak, serta pembagian tugas yang adil.

"Dampak positif tentu ada, jika co-parenting yang terjalin merupakan hubungan kerja sama," kata Alida.

Saat bekerja sama, memang belum tentu ayah dan ibu bakal selalu sependapat, terutama jika penyebab perceraian cukup mengguncang emosional keduanya.

"Tetapi, jika jalan tengah yang diambil adalah berfokus pada kebutuhan anak, itu akan membawa hal yang baik bagi anak," sambung Alida.

Baca Juga: Pasangan Bercerai Ingin Co-Parenting? Coba Pola Asuh Birdnesting

(*)