Program Doktor Kebahagiaan Pertama di Dunia Diresmikan di Universitas Ini

Arintha Widya - Minggu, 27 Juli 2025
Happiness Study perdana dengan gelar doktoral (Ph.D)
Happiness Study perdana dengan gelar doktoral (Ph.D) nicomenijes

Parapuan.co - Kawan Puan, kebahagiaan bisa jadi merupakan sesuatu yang kita semua dambakan. Meskipun definisi setiap orang bisa berbeda-beda, keinginan untuk hidup dengan rasa nyaman, bahagia, dan penuh makna adalah hal yang universal.

Kini seperti melansir Your Tango, ada kabar baik bagi siapa pun yang ingin mempelajari kebahagiaan secara ilmiah. Sebuah universitas di New Jersey, Amerika Serikat, meluncurkan program doktoral pertama di dunia dalam Happiness Studies—studi kebahagiaan.

Centenary University Jadi Pelopor Studi Kebahagiaan Tingkat Doktor

Centenary University, yang terletak di Hackettstown, New Jersey, secara resmi memperkenalkan Ph.D. dalam Studi Kebahagiaan, sebuah program terobosan yang akan dimulai pada semester gugur tahun 2025. Program ini merupakan kelanjutan dari keberhasilan program Master of Arts dalam Studi Kebahagiaan yang dimulai pada 2022 dan telah meluluskan angkatan pertamanya pada 2024.

Program doktor ini akan berlangsung secara penuh daring selama empat tahun, dan mencakup 66 SKS dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, neurosains, filsafat, keuangan, sastra, agama, dan lainnya. Tujuannya adalah membentuk para ahli di bidang ilmu kebahagiaan, yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan ini dalam konteks individu, dunia kerja, hingga masyarakat luas.

Kebahagiaan: Lebih dari Sekadar Emosi

Menurut Tal Ben-Shahar, direktur program Studi Kebahagiaan Centenary, pentingnya studi ini semakin nyata di tengah krisis kesehatan mental global. "Organisasi kini menyadari tingginya biaya—baik ekonomi maupun manusia—yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan mental, dan bagaimana karyawan yang bahagia bisa membawa manfaat luar biasa," ujarnya.

Ia menambahkan, "Karyawan sekarang mencari lebih dari sekadar gaji. Mereka ingin makna dan tujuan, kualitas hidup, serta rasa terhubung di lingkungan kerja. Lulusan program ini akan menjadi pemimpin yang membawa nilai-nilai itu ke tempat kerja dan masyarakat."

Dari Skeptisisme Menuju Antusiasme Global

Baca Juga: Cara Berdamai dengan Kesendirian: Menemukan Kebahagiaan Meski Jomblo

Di awal peluncurannya, program master ini sempat diragukan oleh sebagian kalangan. Namun, hasilnya berbicara lain. Sebanyak 87 mahasiswa dari 13 negara—termasuk AS, Brasil, India, Israel, Tiongkok, dan Afrika Selatan—telah berhasil menyelesaikan gelar magisternya.

Dr. Robert Battistini, Wakil Presiden Akademik sementara di Centenary, mengatakan, "Awalnya banyak yang skeptis. Tapi kami melihat adanya kelaparan akan mindfulness yang benar-benar dipahami secara mendalam. Dr. Ben-Shahar menggabungkan riset terbaru dengan kearifan kuno dari berbagai budaya, menjadikan materi ini sangat relevan dengan zaman sekarang."

Presiden Centenary University, Dr. Dale Caldwell, juga memiliki visi besar. Ia ingin memperluas bidang ini ke jenjang sarjana dan membuka lebih banyak kelas dalam Studi Kebahagiaan. "Kami telah menjadi contoh bagi banyak institusi di Amerika dan negara lain. Lulusan kami akan menjadi duta yang menyebarkan gerakan ini—secara intelektual, emosional, dan psikologis—ke seluruh dunia," jelasnya.

Mengapa Studi Kebahagiaan Dibutuhkan Saat Ini?

Data dari General Social Survey Universitas Chicago menunjukkan bahwa tingkat kebahagiaan orang dewasa Amerika menurun sejak tahun 2000. Skor kebahagiaan yang dulunya berada pada angka 22, kini menurun menjadi sekitar 18–19 dalam satu dekade terakhir.

World Happiness Report juga mencatat bahwa turunnya tingkat kebahagiaan ini berkaitan erat dengan meningkatnya penggunaan teknologi dan media sosial. Seiring berkembangnya kecerdasan buatan dan digitalisasi yang semakin intens, kebutuhan untuk memahami dan mengelola kebahagiaan menjadi semakin penting.

"Mereka yang meragukan nilai studi kebahagiaan mungkin bisa menyangkal pentingnya ilmunya, tapi mereka tak bisa menutup mata dari fakta bahwa masyarakat kita sedang berjuang. Membiarkan semuanya berjalan seperti sekarang tidak akan membantu," demikian kutipan dalam laporan tersebut.

Kebahagiaan adalah Ilmu yang Bisa Dipelajari

Program Ph.D. Studi Kebahagiaan ini bukan sekadar idealisme kosong. Ini adalah langkah nyata menuju generasi yang lebih peduli pada kesejahteraan emosional dan mental. Harapannya, para lulusan nantinya bisa menjadi agen perubahan yang membantu membawa kebahagiaan ke dalam berbagai aspek kehidupan—dari rumah, sekolah, hingga tempat kerja.

Baca Juga: Mewarnai hingga Berkebun, 7 Hobi Ini Bisa Mendatangkan Kebahagiaan

Karena pada akhirnya, seperti kata Tal Ben-Shahar, "Kita tidak hanya harus belajar bagaimana mencegah masalah kesehatan mental, tapi juga bagaimana membantu manusia tumbuh, berkembang, dan hidup bermakna."

Dan kabar baiknya, kini kebahagiaan bukan hanya bisa dirasakan—tapi juga bisa dipelajari dan diajarkan.

(*)

Sumber: Your Tango
Penulis:
Editor: Arintha Widya