Kedua, hindari memaksa atau mencari celah untuk tetap menghubungi
Menghubungi lewat nomor lain, membuat akun baru, atau meminta teman untuk menyampaikan pesan justru bisa memperburuk keadaan.
Tindakan ini bisa dianggap sebagai pelanggaran privasi, dan bukannya memperbaiki, malah menambah jarak dalam hubungan yang sudah renggang.
Ketiga, introspeksi
Cobalah mengingat kembali, adakah percakapan terakhir yang mungkin menyebabkan salah paham? Jika ya, bukan berarti semuanya salah Kawan Puan, tapi refleksi diri bisa menjadi jalan untuk memahami perspektif lain.
Bila suatu hari ada kesempatan untuk bicara kembali, Kawan Puan bisa menyampaikannya dengan lebih tenang dan terbuka.
Keempat, tetap jaga etika dan kendalikan emosi
Rasa kecewa atau penasaran memang wajar, tapi jangan sampai membuat Kawan Puan bersikap agresif atau menyebarkan cerita yang belum tentu benar.
Hindari menulis status sindiran atau membicarakan orang tersebut secara negatif di media sosial.
Kelima, alihkan fokus pada hal yang membangun
Daripada terus memikirkan orang yang memblokir nomor, lebih baik alihkan energi untuk hal-hal yang bermanfaat. Bertemu teman, membaca buku, melakukan hobi, atau bahkan sekadar istirahat dari media sosial bisa memberi perspektif baru yang lebih segar.
Pada akhirnya, diblokir di WhatsApp memang tidak menyenangkan, apalagi jika Kawan Puan tidak tahu alasannya. Tapi, ini juga bisa menjadi momen untuk belajar menerima, memahami, dan melatih kedewasaan dalam menjalin hubungan digital. Karena tidak semua hal bisa kita kontrol, tapi Kawan Puan selalu bisa memilih cara terbaik untuk merespons.