Parapuan.co - Perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi yang kian merajalela adalah isu-isu mendesak yang dihadapi planet kita. Masa depan bumi sangat bergantung pada bagaimana generasi saat ini dan mendatang berinteraksi dengan lingkungan.
Di sinilah peran pendidikan, menjadi sangat krusial. Penanaman nilai-nilai keberlanjutan lingkungan pada murid dan guru bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan.
Dengan menanamkan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan di sekolah, bisa membawa berbagai manfaat yang baik bagi individu maupun masyarakat luas. Mulai dari meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, mendorong perilaku ramah lingkungan, mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, hingga menciptakan pemimpin masa depan yang bertanggung jawab. Dan hal yang tak kalah penting adalah membangun komunitas sekolah yang berkelanjutan.
Melihat pentingnya penanaman nilai-nilai berkelanjutan di institusi pendidikan, mendorong Kompas Gramedia untuk bekerja sama dengan Unilever Indonesia untuk meluncurkan program Akademi Sekolah Lestari (ASRI) sebagai bagian dari inisiatif Lestari KG Media. Adapun program ini ditujukan untuk memberikan edukasi keberlanjutan kepada lebih dari 200.000 siswa dan siswi tingkat SMA/SMK sederajat di seluruh Indonesia.
Dirancang untuk membentuk Generasi Emas 2045 yang peduli lingkungan dan sehat, program ASRI menawarkan rangkaian kegiatan terpadu. Dimulai dengan ASRI Menyapa di sekolah, dilanjutkan dengan Pembelajaran Daring interaktif, Kompetisi, dan diakhiri dengan Grand Awarding, ASRI fokus pada pengelolaan sampah, konservasi alam, dan kesehatan fisik.
Program ini berupaya memberikan solusi nyata terhadap isu lingkungan sekaligus mempersiapkan kaum muda untuk tantangan mendatang, sekaligus mendukung inisiatif Gerakan Sekolah Sehat.
“Untuk memastikan keberlangsungan ekosistem keberlanjutan di sekolah, kolaborasi lintas sektor adalah kunci. Berdasarkan prinsip pentahelix, ASRI mempertemukan lima elemen penting: sektor swasta (diwakili Unilever Indonesia), pemerintah (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Kementerian Lingkungan Hidup; Kementerian Kesehatan; Kementerian Agama; serta Dinas Pendidikan dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta), akademisi (IPB dan UMN), komunitas (IEPA, Earth Hour Jakarta, Skystar Capital), serta media dan internal KG Media sebagai penggerak kesadaran publik. Semua pihak inilah yang menjadikan ASRI bukan sekadar program edukasi, tapi ekosistem nyata untuk mendorong perubahan,” ujar VP Sustainability Lestari KG Media Wisnu Nugroho.
Di sisi lain, dalam strategi percepatan pendidikan keberlanjutan serta transformasi sekolah menjadi lebih hijau, sehat dan berdaya, dibutuhkan langkah yang sesuai dengan zaman dan mudah diakses. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi.
"Program ASRI hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut, mengemas isu lingkungan dalam pendekatan yang menarik dan praktis untuk anak muda. Dalam program ini, kami juga berkolaborasi dalam pengembangan serta penyusunan modul edukasi guna memberikan kemudahan akses untuk mendorong perubahan perilaku di anak muda dan guru SMA tentang isu keberlanjutan," jelas Maya.
Dalam langkah konkretnya, memang upaya ini akan menghadapi berbagai macam tantangan. Seperti diingatkan oleh Editor-in-Chief National Geographic Indonesia Didi Kaspi Kasim bahwa tantangan terbesar dalam menyuarakan isu lingkungan adalah sudut pandangan, karena kita tidak bisa langsung merasakannya.