Parapuan.co - Bagi para orang tua yang memiliki anak usia balita, mungkin sudah tidak asing dengan lagu-lagu seperti Baby Shark, The Wheels on the Bus, ABCD, Pada Hari Minggu, Naik Kereta Api, dll. Lagu-lagu ini bukan hanya menghiasi layar YouTube, tetapi juga melekat di kepala dan tak jarang dinyanyikan sambil mandi atau memasak.
Lagu-lagu semacam itu menggabungkan musik, animasi, dan pembelajaran bagi anak-anak. Namun pertanyaannya, apakah semua ini hanya hiburan semata atau benar-benar berdampak bagi tumbuh kembang anak? Para ahli pun memberikan penjelasan sebagaimana merangkum Today's Parent di bawah ini!
Apa yang Membuat Lagu Sederhana Disukai Anak dan Orang Tua?
Kombinasi antara lagu yang mudah diingat, karakter yang lucu, dan visual warna-warni menjadi alasan kenapa lagu-lagu seperti Baby Shark hingga The Wheels on the Bus digemari. Lindy Myers, ahli patologi bicara dan pemimpin klinis di Coral Care, menyebutkan, "Lagu-lagunya sangat lucu, anak-anak menyukainya. Lagu-lagu ini juga mengajarkan mereka makna bahasa dan kekuatannya."
Bagi orang tua, memutarkan lagu-lagu anak di YouTube atau televisi bisa menjadi solusi saat mereka tidak bisa selalu terlibat penuh dalam aktivitas anak. "Tidak realistis jika harus 100% terlibat sepanjang waktu," kata Myers.
"Di rumah saya, musik selalu menyala supaya anak-anak bisa bernyanyi dan menari saat saya mengerjakan pekerjaan rumah," imbuhnya.
Manfaat Nyata bagi Perkembangan Anak
Menurut para ahli, musik memang bisa menjadi alat bantu pembelajaran yang kuat, terutama untuk anak usia dini. Repetisi dalam lagu-lagu ini membantu memperkuat pemahaman bahasa, mendukung pembentukan rutinitas, serta menumbuhkan keterampilan sosial-emosional seperti kerja sama, giliran berbicara, dan pengenalan emosi.
Sally Macaluso, seorang guru pendidikan khusus, mengatakan, "Saya secara rutin menggunakan kanal ini di rumah dan di kelas saat ingin menggabungkan musik dan gerakan dalam rutinitas harian kami."
Baca Juga: Bagaimana Peran Keluarga dalam Mendukung Tumbuh Kembang Anak Perempuan?
Adakah Efek Negatifnya?
Walaupun bermanfaat, tidak semua ahli setuju jika lagu-lagu super simpel seperti tadi digunakan terlalu sering. Polina Shkadron, terapis anak neurodivergen dan pendiri Play to Learn Consulting, menilai bahwa beberapa anak justru kesulitan menyerap lagu-lagu tersebut karena terlalu banyak informasi visual dan auditif yang masuk sekaligus.
"Ketika otak anak belum bisa memfilter semua informasi dari lingkungan, reaksi paling mudah adalah membuang semuanya begitu saja," jelas Shkadron. Hal ini bisa menyebabkan overstimulasi, bahkan memengaruhi perkembangan fungsi eksekutif dan motorik sensorik anak.
Shkadron juga menyarankan agar orang tua menyeimbangkan penggunaan video dengan interaksi langsung. "Misalnya, lagu tentang bagian tubuh bisa digantikan dengan aktivitas saat mandi. Hanya ada kamu, anakmu, air, dan gelembung sabun."
Cara Menggunakan Lagu-Lagu Anak Secara Bijak
Lagu anak-anak tetap bisa jadi alat bantu yang efektif asal digunakan dengan pendekatan seimbang. Artinya, bukan hanya menjadi tontonan pasif, tapi sebagai bagian dari interaksi yang melibatkan orang tua dan anak.
Lindy Myers menyarankan agar lagu digunakan sebagai pemicu rutinitas, seperti menggunakan lagu Clean Up untuk menandai waktu merapikan mainan. "Anak-anak saya tahu saat lagu itu diputar, berarti waktunya beres-beres," ujarnya.
Selain itu, Polina Shkadron mendorong orang tua mengeksplorasi aplikasi yang interaktif, seperti membuat lagu atau mengedit video pendek. "Alat-alat seperti itu bisa membangun minat anak dalam belajar dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka," katanya.
Yang terpenting, orang tua perlu tahu apa tujuan dari penggunaan teknologi bagi anak, dan menyesuaikannya dengan kebutuhan perkembangan mereka.
Baca Juga: Manfaat Bernyanyi untuk Bayi, Solusi Memaksimalkan Tumbuh Kembang Anak
(*)