Adakah Efek Negatifnya?
Walaupun bermanfaat, tidak semua ahli setuju jika lagu-lagu super simpel seperti tadi digunakan terlalu sering. Polina Shkadron, terapis anak neurodivergen dan pendiri Play to Learn Consulting, menilai bahwa beberapa anak justru kesulitan menyerap lagu-lagu tersebut karena terlalu banyak informasi visual dan auditif yang masuk sekaligus.
"Ketika otak anak belum bisa memfilter semua informasi dari lingkungan, reaksi paling mudah adalah membuang semuanya begitu saja," jelas Shkadron. Hal ini bisa menyebabkan overstimulasi, bahkan memengaruhi perkembangan fungsi eksekutif dan motorik sensorik anak.
Shkadron juga menyarankan agar orang tua menyeimbangkan penggunaan video dengan interaksi langsung. "Misalnya, lagu tentang bagian tubuh bisa digantikan dengan aktivitas saat mandi. Hanya ada kamu, anakmu, air, dan gelembung sabun."
Cara Menggunakan Lagu-Lagu Anak Secara Bijak
Lagu anak-anak tetap bisa jadi alat bantu yang efektif asal digunakan dengan pendekatan seimbang. Artinya, bukan hanya menjadi tontonan pasif, tapi sebagai bagian dari interaksi yang melibatkan orang tua dan anak.
Lindy Myers menyarankan agar lagu digunakan sebagai pemicu rutinitas, seperti menggunakan lagu Clean Up untuk menandai waktu merapikan mainan. "Anak-anak saya tahu saat lagu itu diputar, berarti waktunya beres-beres," ujarnya.
Selain itu, Polina Shkadron mendorong orang tua mengeksplorasi aplikasi yang interaktif, seperti membuat lagu atau mengedit video pendek. "Alat-alat seperti itu bisa membangun minat anak dalam belajar dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka," katanya.
Yang terpenting, orang tua perlu tahu apa tujuan dari penggunaan teknologi bagi anak, dan menyesuaikannya dengan kebutuhan perkembangan mereka.
Baca Juga: Manfaat Bernyanyi untuk Bayi, Solusi Memaksimalkan Tumbuh Kembang Anak
(*)