Wamendukbangga Ungkap Pola Asuh Anak yang Terbaik Antara Gaya VOC Vs Gentle Parenting

Arintha Widya - Selasa, 24 Juni 2025
Mana yang terbaik antara VOC parenting vs gentle parenting?
Mana yang terbaik antara VOC parenting vs gentle parenting? Gratsias Adhi Hermawan

Parapuan.co - Perdebatan soal pola asuh anak, khususnya antara dua pendekatan yang saling berseberangan seperti gentle parenting dan VOC parenting belakangan mencuat dan banyak diperbincangkan di media sosial. Namun, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga) sekaligus Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menekankan bahwa bukan soal metode mana yang lebih unggul, melainkan pemenuhan kebutuhan anaklah yang seharusnya menjadi fokus utama.

"Yang paling penting untuk orang tua itu kita lihat kebutuhan anaknya apa, tidak sekadar gentle parenting atau VOC, tetapi kita lihat anaknya itu perlu apa," ujar Isyana saat ditemui di Jakarta, Senin (23/6/2025) seperti melansir Antaranews via Kompas.com.

Istilah VOC parenting merujuk pada gaya pengasuhan yang keras dan otoriter, menyerupai model kepemimpinan zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang penuh disiplin dan kekakuan. Sebaliknya, gentle parenting mengedepankan empati, komunikasi, dan pemahaman terhadap emosi anak.

Keseimbangan Jadi Kunci

Isyana menjelaskan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda, dan orang tua harus mampu menyeimbangkan antara ketegasan dan kelembutan. Tidak ada metode yang sepenuhnya benar atau salah. Yang dibutuhkan adalah kebijaksanaan dalam menerapkannya.

"Ada saat-saat tertentu di mana mereka (anak) akan membutuhkan gentle parenting, ada saat-saat tertentu mereka juga membutuhkan disiplin yang sangat kuat," jelasnya.

Ia pun mengajak para orang tua untuk menjadi lifelong learner—pembelajar sepanjang hayat—dalam hal pengasuhan. Menurutnya, perkembangan teknologi telah membuka banyak akses terhadap sumber belajar yang dapat membantu orang tua memahami pola asuh secara lebih bijak.

"Bagaimana cara menyeimbangkan keduanya, itu yang kemudian menjadi tugas orang tua untuk terus belajar. Sekarang ini kan ada begitu banyak cara untuk meng-update ilmu pengasuhan, kalau kita mau cari di media sosial juga banyak, termasuk dari Kemendukbangga/BKKBN sekarang juga sudah ada modul pengasuhan remaja yang diperbarui," tambah Isyana Bagoes Oka.

Menjadi Orang Tua Tanpa Sekolah Formal

Baca Juga: Dilakukan Halimah, Mengapa Gentle Parenting Masih Sulit untuk Diterapkan?

Isyana menegaskan bahwa menjadi orang tua tidak memerlukan ijazah atau pelatihan formal, tetapi begitu seseorang memiliki anak, maka tanggung jawab moral dan emosional pun melekat. Salah satunya adalah mengenali karakter tiap anak secara mendalam.

"Untuk mengatasi masing-masing perbedaan kepribadian itu, tentu menjadi tanggung jawab orang tua untuk betul-betul mengetahui persis karakter masing-masing anak dan bagaimana cara parenting untuk anak atau remaja itu, agar nantinya bisa berkembang menjadi pribadi yang berkualitas, unggul dan yang paling penting adalah bahagia," katanya.

Isyana juga mengingatkan bahwa tidak ada orang tua atau anak yang sempurna. Yang paling penting, menurutnya, adalah kehadiran kasih sayang yang tulus dan penerimaan terhadap keunikan anak.

"Yang paling penting bagi orang tua adalah menyayangi anak dengan berbagai karakternya. Pasti setiap anak punya tantangan, tergantung bagaimana kita memaksimalkan keunggulan-keunggulan anak atau remaja, dan bagaimana kita bisa membantu mengatasi kelemahan-kelemahan yang mereka punya," lanjutnya.

Komunikasi Digital dan Tantangan Zaman

Dalam era digital, tantangan pengasuhan juga mencakup komunikasi dengan anak terkait media sosial. Isyana menyambut baik kehadiran Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas) sebagai upaya menciptakan ruang digital yang lebih aman.

"Kami tentu mendukung peraturan yang sudah dikeluarkan. Kita akan coba gali lagi untuk diterapkan di kementerian kami, termasuk bagaimana orang tua juga harus mengetahui cara berkomunikasi anak di media sosial. Itu tidak mudah karena anak akan punya 1.001 cara untuk menjadi selangkah lebih di depan lagi," paparnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, penting bagi orang tua untuk aktif memperbarui wawasan dan tidak kalah cepat dalam memahami dinamika kehidupan digital anak.

"Kalau kita ketinggalan, maka gawai itu yang akan selalu selangkah di depan. Kita harus terus berusaha untuk mengejar dan menyesuaikan supaya kita tidak tertinggal," tegasnya.

Baca Juga: Pentingnya Mengajarkan Anak Menerima Kata 'Tidak', Termasuk dalam Gentle Parenting

Peran Modul dalam Mendukung Orang Tua

Sebagai bagian dari upaya mendampingi orang tua, Kementerian Dukcapil bersama BKKBN telah merilis modul pengasuhan berjudul “1.001 Cinta dan Drama, Dinamika Relasi Orang Tua dan Remaja”. Modul ini dirancang untuk membantu keluarga membangun relasi yang sehat serta memperkuat komunikasi antara orang tua dan anak remaja.

"Setiap keluarga tentu berbeda-beda, setiap anak, setiap remaja, berbeda-beda, dan yang paling tahu adalah orang tuanya. Jika orang tua tidak memiliki kemampuan itu, maka akan ada langkah-langkah yang perlu dilakukan, misalnya datang mencari bantuan profesional," tutup Isyana.

(*)

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Arintha Widya