Parapuan.co - Limbah makanan menjadi masalah serius yang dihadapi oleh kita semua. Menurut dari FAO atau Food and Agriculture Organization, secara global, lebih dari 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahunnya.
Angka tersebut tentu mengkhawatirkan mengingat masih banyak orang yang kelaparan. Hal ini disampaikan oleh Sekjen IGC atau Indonesia Gastronomy Community, Dr. Ray Wagiu Basrowi.
Menurutnya "Lebih dari 735 juta orang di dunia masih mengalami kelaparan kronis, bahkan di Indonesia kelaparan dan angka kurang gizi masih sangat tinggi. Ini ironis dengan banyaknya sampah makanan yang terbuang."
Tak hanya itu, Nita Yulianis selaku Direktur Kewaspadaan Pangan dari Badan Pangan Nasional, menyebutkan bahwa "Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di Asia."
Data dari Bappenas pada 2021 bahkan mencatatkan sekitar 23 hingga 48 juta ton makanan berakhir di tempat pembuangan akhir setiap tahun.
Menjadi mengkhawatirkan karena makanan yang terbuang menyumbang 8–10 persen emisi gas rumah kaca global. Bumi yang semakin tua akan rusak karena hal ini. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret dari semua pihak untuk mengatasi masalah sampah pangan ini.
Dalam rangka memperingati Hari Gastronomi Berkelanjutan 2025, Indonesian Gastronomy Community (IGC) bersama Badan Pangan Nasional menggelar acara penandatanganan Komitmen Bersama Pengurangan Limbah Makanan.
Bertempat di Hotel Sheraton Gandaria pada Rabu, 18 Juni 2025 lalu, acara ini menjadi momentum penting untuk mendorong perubahan budaya konsumsi di Indonesia, sejalan dengan visi keberlanjutan pangan nasional.
Ketua Umum IGC, Ria Musiawan dan Sekjen IGC, Dr. Ray Wagiu Basrowi menyebut bahwa komitmen ini dimulai dengan aksi sederhana yaitu kampanye kurangi sisa makanan, dimulai dari piring sendiri.
Baca Juga: Fenomena Revenge Meals, Ketika Orang Tua Ngemil Diam-Diam Tanpa Terlihat Anak
Limbah Berkurang dari Piring Sendiri
Ria Musiawan selaku Ketua Umum IGC menyebutkan bahwa limbah makanan pada dasarnya bisa dikurangi dari piring sendiri. Menurutnya, menghabiskan makanan yang ada di piring, dapat membantu mengurangi limbah makanan.
"Misalnya kalau lagi sarapan di hotel atau pergi ke hajatan, sebaiknya ambil makanan yang akan dimakan saja, supaya tidak jadi sampah," ujar Ria.
Tak hanya mulai dari piring sendiri, zero waste juga sebaiknya dilakukan saat kita memasak. Maksudnya, tidak ada sampah terbuang dalam prosesnya.
Contohnya kita memasak telur, bagaimana caranya sampai ke cangkang bisa dimanfaatkan, misal sebagai media tanam.
Kampanye ini juga mengajak pelaku industri kuliner seperti resto, chef, hotel, UMKM, hingga food blogger, untuk menyusun menu berbasis pemanfaatan utuh bahan makanan.
Pesan berikutnya yang perlu diperhatikan ialah mengedepankan pangan lokal saat memasak. Bahan pangan lokal bahkan mampu mengatasi stunting apabila diolah dengan benar.
"Pangan lokal, tak perlu impor. Berarti kita mencegah pembusukan di jalan dan pada akhirnya kita tidak membuang makanan," pungkas Ria.
Baca Juga: Cara Memasak Bulgogi, Olahan Daging Sapi Ala Korea yang Lezat dan Praktis
(*)