Parapuan.co - Pemerintah Indonesia berencana membangun rumah subsidi dengan luas 18 meter persegi sebagai solusi kepemilikan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Ukuran ini tentu memantik pro dan kontra, mengingat luas yang sangat terbatas untuk ditinggali satu keluarga.
Tapi apakah tinggal di rumah sempit selalu buruk? Artikel yang dikutip dari Resilience ini mengulas berbagai kelebihan dan kekurangan tinggal di hunian kecil, disesuaikan dengan konteks kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Yuk, simak!
Keuntungan Tinggal di Rumah Sempit
1. Biaya Jauh Lebih Terjangkau
Rumah kecil, tentu saja, cenderung lebih murah. Ini bukan hanya soal harga beli, tapi juga biaya pembangunan, cicilan, pajak, listrik, perawatan, hingga isi rumah. Dalam situasi ekonomi yang menantang, memiliki rumah kecil bisa menjadi keputusan finansial yang bijak. Kita tak perlu terjebak dalam cicilan besar yang justru mengorbankan kebutuhan lain seperti pendidikan anak atau dana darurat.
2. Mudah Dirawat dan Dibersihkan
Bagi banyak keluarga, waktu adalah aset berharga. Rumah sempit berarti lebih sedikit waktu untuk bersih-bersih dan mengurus rumah. Membersihkan seluruh lantai bisa selesai dalam waktu 30 menit. Lebih banyak waktu yang bisa digunakan untuk bersama keluarga, bekerja, atau sekadar istirahat.
3. Mengajarkan Hidup Sederhana dan Tertata
Tinggal di ruang sempit memaksa kita untuk berpikir ulang soal kepemilikan barang. Lemari penuh, tumpukan baju tak terpakai, atau dapur berantakan karena terlalu banyak perabot adalah masalah umum di rumah besar. Rumah kecil menuntut efisiensi dan keteraturan. Kita jadi tahu pasti letak semua barang, dan belajar memilah mana yang benar-benar dibutuhkan.
Baca Juga: Meski Tinggal di Rumah Sempit, Pastikan 4 Furnitur Ini Tetap Ada
4. Meningkatkan Kualitas Hubungan Keluarga
Desain rumah kecil bisa mendorong kebersamaan. Orang tua lebih mudah memantau anak-anak, terutama yang masih kecil, saat memasak atau beraktivitas lain. Ruang yang terbuka dan menyatu bisa membantu membentuk interaksi yang lebih hangat, meskipun tantangan tetap ada ketika anak mulai butuh ruang privasi di usia remaja.
Kekurangan Tinggal di Rumah Sempit
1. Keterbatasan Ruang Penyimpanan
Tinggal di rumah sempit berarti setiap sudut harus punya fungsi. Tidak ada ruang “kosong” untuk menyimpan barang tak berguna. Tanpa perencanaan yang baik, rumah bisa cepat berantakan. Namun, ini bisa jadi keuntungan terselubung—mendorong kita untuk lebih sadar terhadap konsumsi dan manajemen barang.
2. Sulit Menampung Tamu
Masyarakat Indonesia terkenal dengan budaya kekeluargaan dan keramahtamahan. Di rumah sempit, menjamu keluarga besar atau acara arisan bisa menjadi tantangan. Tapi solusi kreatif seperti menggunakan halaman, menggelar tikar, atau menyewa ruang komunitas terdekat bisa tetap memungkinkan interaksi sosial tanpa harus punya rumah besar.
3. Minim Privasi dan Ruang Fokus
Bagi pekerja remote atau orang tua yang butuh ruang tenang, rumah kecil bisa terasa menyulitkan. Tidak semua orang bisa bekerja sambil mendengarkan celotehan anak tentang game atau tugas sekolah. Tapi ini kembali pada jenis pekerjaan dan kemampuan beradaptasi masing-masing keluarga.
Baca Juga: Buat Tak Nyaman, 5 Barang Ini Sebaiknya Disingkirkan dari Ruang Tamu
Refleksi atas Rencana Rumah Subsidi 18 m²
Rumah seluas 18 meter persegi tentu terasa sangat kecil, bahkan dibanding rumah tipe 21 yang umum ditawarkan dalam skema subsidi sebelumnya. Tapi jika dirancang dengan efisien—misalnya dengan konsep open space, furnitur multifungsi, dan sirkulasi udara yang baik—hunian sekecil itu tetap bisa layak ditinggali, terutama untuk pasangan muda atau keluarga kecil.
Kuncinya adalah bagaimana rumah kecil tersebut tidak hanya dibangun murah, tapi juga didesain pintar. Pemerintah perlu mempertimbangkan faktor kenyamanan, pencahayaan alami, keamanan, dan fleksibilitas ruang agar rumah tersebut bukan sekadar “murah”, tetapi juga manusiawi.
(*)