4. Meningkatkan Kualitas Hubungan Keluarga
Desain rumah kecil bisa mendorong kebersamaan. Orang tua lebih mudah memantau anak-anak, terutama yang masih kecil, saat memasak atau beraktivitas lain. Ruang yang terbuka dan menyatu bisa membantu membentuk interaksi yang lebih hangat, meskipun tantangan tetap ada ketika anak mulai butuh ruang privasi di usia remaja.
Kekurangan Tinggal di Rumah Sempit
1. Keterbatasan Ruang Penyimpanan
Tinggal di rumah sempit berarti setiap sudut harus punya fungsi. Tidak ada ruang “kosong” untuk menyimpan barang tak berguna. Tanpa perencanaan yang baik, rumah bisa cepat berantakan. Namun, ini bisa jadi keuntungan terselubung—mendorong kita untuk lebih sadar terhadap konsumsi dan manajemen barang.
2. Sulit Menampung Tamu
Masyarakat Indonesia terkenal dengan budaya kekeluargaan dan keramahtamahan. Di rumah sempit, menjamu keluarga besar atau acara arisan bisa menjadi tantangan. Tapi solusi kreatif seperti menggunakan halaman, menggelar tikar, atau menyewa ruang komunitas terdekat bisa tetap memungkinkan interaksi sosial tanpa harus punya rumah besar.
3. Minim Privasi dan Ruang Fokus
Bagi pekerja remote atau orang tua yang butuh ruang tenang, rumah kecil bisa terasa menyulitkan. Tidak semua orang bisa bekerja sambil mendengarkan celotehan anak tentang game atau tugas sekolah. Tapi ini kembali pada jenis pekerjaan dan kemampuan beradaptasi masing-masing keluarga.
Baca Juga: Buat Tak Nyaman, 5 Barang Ini Sebaiknya Disingkirkan dari Ruang Tamu
Refleksi atas Rencana Rumah Subsidi 18 m²
Rumah seluas 18 meter persegi tentu terasa sangat kecil, bahkan dibanding rumah tipe 21 yang umum ditawarkan dalam skema subsidi sebelumnya. Tapi jika dirancang dengan efisien—misalnya dengan konsep open space, furnitur multifungsi, dan sirkulasi udara yang baik—hunian sekecil itu tetap bisa layak ditinggali, terutama untuk pasangan muda atau keluarga kecil.
Kuncinya adalah bagaimana rumah kecil tersebut tidak hanya dibangun murah, tapi juga didesain pintar. Pemerintah perlu mempertimbangkan faktor kenyamanan, pencahayaan alami, keamanan, dan fleksibilitas ruang agar rumah tersebut bukan sekadar “murah”, tetapi juga manusiawi.
(*)