Kehadiran karakter aroma ini sering kali menjadi penanda halus bahwa makanan tersebut telah dimasak atau diproses menggunakan minyak babi, meski tidak selalu dapat dikenali secara langsung oleh semua orang.
Rasa gurih yang muncul pun cenderung lebih berat dan membekas di lidah. Tentunya, ini membuat cita rasa makanan jadi lebih kaya dan menggugah selera, terutama pada makanan-makanan tradisional tertentu yang mengandalkan rasa otentik dari lemak hewani.
2. Daya Tahan
Lemak babi memiliki struktur kimia lebih stabil dibandingkan beberapa jenis minyak nabati, sehingga lebih tahan terhadap proses oksidasi yang biasanya menyebabkan makanan menjadi tengik atau rusak.
Dengan demikian, makanan yang dibuat menggunakan minyak ini cenderung memiliki umur simpan lebih panjang, menjadikannya pilihan dalam industri makanan yang mengandalkan keawetan produk, terutama untuk distribusi jarak jauh atau penyimpanan jangka menengah hingga panjang.
3. Tekstur Renyah dan Flaky
Dalam dunia pastry dan pembuatan kue, minyak babi kerap menjadi pilihan bahan lemak utama karena memiliki sifat unik yang mampu menciptakan tekstur akhir yang sangat renyah, ringan, dan berlapis-lapis atau flaky, seperti yang ditemukan pada kulit pie, croissant, dan berbagai jenis pastry berkelas lainnya.
Lemak babi tidak mudah menyatu sepenuhnya dengan adonan tepung, sehingga ketika dipanggang, ia menciptakan kantong-kantong udara kecil di antara lapisan adonan. Hal inilah yang menyebabkan hasil akhir pastry menjadi lebih mengeripik, ringan, dan bertekstur lapis yang menggoda.
Sifat fisik dari minyak babi juga memungkinkan distribusi panas yang lebih baik selama proses pemanggangan, menjadikan bagian luar makanan bertekstur garing tanpa membuat bagian dalam terlalu kering. Oleh karena itu, banyak pembuat kue profesional yang masih mengandalkan minyak babi untuk menghasilkan tekstur pastry yang autentik dan memikat.
(*)