Angka Kelahiran Menurun, Vietnam Cabut Kebijakan Dua Anak Cukup

Arintha Widya - Rabu, 11 Juni 2025
Pemerintah Vietnam mencabut kebijakan dua anak cukup.
Pemerintah Vietnam mencabut kebijakan dua anak cukup. Mary Long

Parapuan.co - Pemerintah Vietnam resmi mencabut kebijakan pembatasan dua anak yang telah diberlakukan selama beberapa dekade. Langkah ini menandai perubahan besar dalam arah kebijakan kependudukan negara tersebut, yang kini menghadapi ancaman serius akibat menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya jumlah lansia.

Sejak tahun 1960-an, terutama di Vietnam Utara yang saat itu masih terpisah, kampanye keluarga kecil sudah digalakkan sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional. Setelah reunifikasi, kebijakan ini terus dikembangkan, dan pada 1988 diterbitkan dekrit keluarga berencana pertama yang merekomendasikan keluarga dengan satu atau dua anak.

Meski tidak sepenuhnya diberlakukan secara represif kepada masyarakat umum, para anggota Partai Komunis kerap menghadapi sanksi jika memiliki lebih dari dua anak. Namun kini, pemerintah menyatakan bahwa pasangan suami istri dapat menentukan sendiri jumlah anak yang ingin mereka miliki, tanpa ada batasan atau sanksi.

Kebijakan baru ini muncul sebagai respons terhadap penurunan angka kelahiran yang kian mengkhawatirkan, dengan tingkat kelahiran nasional turun menjadi 1,91 anak per perempuan pada 2024—di bawah tingkat penggantian populasi yang ideal, yakni 2,1 anak per perempuan, sebagaimana melansir The Guardian.

"Kami sedang menghadapi tantangan demografis serius yang bisa menyebabkan kekurangan tenaga kerja dan meningkatkan beban sistem kesejahteraan sosial," ujar salah satu pejabat dari Kementerian Kesehatan Vietnam dalam wawancara yang dikutip media lokal via The Guardian.

Tantangan Ganda: Biaya Hidup dan Ketimpangan Gender

Penurunan angka kelahiran paling tajam tercatat di kota-kota besar seperti Ho Chi Minh City, di mana tingkat kelahiran hanya mencapai 1,32 pada tahun 2023. Biaya hidup yang tinggi, perumahan mahal, dan tekanan ekonomi menjadi alasan utama pasangan muda menunda atau bahkan menolak memiliki anak.

Untuk mengatasi hal ini, sejumlah daerah mulai memberikan insentif finansial. Di Provinsi Tien Giang, misalnya, pasangan yang memiliki dua anak sebelum usia 35 tahun akan mendapat hadiah sebesar 1 juta dong (sekitar Rp600.000).

Bahkan beberapa wilayah memberikan dana insentif hingga 30 juta dong untuk desa atau kelurahan yang berhasil mendorong 60% pasangan usia subur memiliki dua anak dalam tiga tahun berturut-turut. Namun, meski berbagai insentif ditawarkan, angka kelahiran belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan signifikan.

Baca Juga: Jepang Catat Angka Kelahiran Terendah dalam Satu Abad, Apa Penyebabnya?

Sumber: The Guardian
Penulis:
Editor: Arintha Widya