Studi Ini Catat Gen Z Tak Gemar Membacakan Buku untuk Anak, Pahami Alasannya

Arintha Widya - Sabtu, 24 Mei 2025
Alasan Gen Z jadi generasi yang enggan membacakan buku untuk anak menurut studi.
Alasan Gen Z jadi generasi yang enggan membacakan buku untuk anak menurut studi. nathaphat

Allison David, direktur riset konsumen di HarperCollins Children’s Books, menambahkan bahwa anak yang dibacakan buku setiap hari tiga kali lebih mungkin akan memilih membaca secara mandiri dibandingkan mereka yang hanya dibacakan seminggu sekali.

Mengapa Gen Z Enggan Membacakan Buku untuk Anak?

Para pakar literasi mengidentifikasi beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya minat Gen Z membacakan buku. Jadwal yang padat, kelelahan, dan beban pekerjaan rumah menjadi penghalang utama. Selain itu, banyak orang tua muda tidak memahami nilai dari kegiatan ini.

"Orang tua mungkin tidak menyadari nilai dari membacakan buku untuk anak-anak mereka, atau seberapa menyenangkan dan menariknya kegiatan ini," kata Stephanie Al Otaiba, profesor bidang pengajaran dan pembelajaran di Southern Methodist University.

Sementara itu, Matthew Danbrook, seorang psikolog anak, menyarankan agar masyarakat tidak memberikan tekanan berlebihan kepada orang tua. Menurutnya, pendekatan yang lebih tepat adalah membantu mereka menemukan cara untuk menumbuhkan kecintaan membaca pada anak.

"Studi HarperCollins menunjukkan bahwa orang tua semakin melihat membaca sebagai tugas sekolah, bukan kegiatan menyenangkan," jelas Danbrook. Ia juga menyoroti bahwa kesulitan membaca yang dialami sebagian anak bisa membuat aktivitas ini terasa berat bagi orang tua. Sekitar 5% hingga 10% anak usia sekolah dasar diperkirakan memiliki gangguan belajar dalam membaca.

Pentingnya Membacakan Buku untuk Anak

Meskipun terkesan sederhana, membacakan buku memiliki dampak besar pada perkembangan anak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibacakan buku akan mendengar sekitar 1,5 juta kata lebih banyak sebelum usia lima tahun dibandingkan anak yang tidak pernah dibacakan buku. Fenomena ini dikenal sebagai "million word gap".

"Ini bukan hanya soal belajar membaca," jelas Al Otaiba. "Membaca dapat menumbuhkan komunikasi, koneksi emosional, rasa ingin tahu, serta membangun pengetahuan latar dan regulasi diri. Ini juga memperkenalkan anak pada konsep dan dunia yang mungkin tak mereka temui sehari-hari."

Sumber: Parents
Penulis:
Editor: Arintha Widya