Parapuan.co - Ketika badai kehidupan datang, ada keluarga yang mampu bertahan dan bahkan tumbuh lebih kuat. Inilah yang disebut sebagai ketahanan keluarga, sebuah kemampuan untuk menghadapi tantangan, bangkit kembali, dan menjadi lebih tangguh serta penuh sumber daya.
Menurut Dr. Froma Walsh, seorang pakar dalam bidang ini, ketahanan keluarga tidak hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga bagaimana kesulitan bisa menjadi pemicu untuk pertumbuhan dan pendewasaan bersama. Selama puluhan tahun penelitian dan pengalaman klinisnya, Dr. Walsh menemukan bahwa ketahanan keluarga tidak ditentukan oleh struktur atau tipe keluarga tertentu.
Sebaliknya, yang paling penting adalah bagaimana sebuah keluarga saling mendukung dan berinteraksi satu sama lain. Bahkan, keluarga yang menghadapi masa-masa tersulit tetap dapat membangun ketahanan, kapan pun dalam siklus kehidupan mereka.
Kekuatan Keluarga Berasal dari Anggotanya
Dr. Walsh, sebagaimana melansir Psychology Today mengatakan, "Yang mengejutkan dari penelitian saya adalah bahwa ketahanan tidak hanya dimiliki oleh keluarga yang dianggap 'normal' atau ideal. Justru banyak keluarga yang tampak rentan menunjukkan kemampuan luar biasa untuk bangkit bersama."
Ia menekankan bahwa ketahanan tidak hanya berasal dari kekuatan pribadi, tetapi juga dari hubungan yang saling mendukung antar anggota keluarga.
Ketahanan keluarga, lanjutnya, dibangun melalui proses sehari-hari yang tampak sederhana, seperti percakapan kecil, kegiatan bersama, dan cara berpikir yang membentuk semangat kolektif.
Seperti resep masakan yang berbeda-beda, tiap keluarga bisa menggabungkan berbagai unsur ketahanan secara unik, mulai dari keyakinan, nilai hidup, hingga kebiasaan bersama. Hal ini menciptakan kemampuan beradaptasi dan memberikan harapan di tengah kegelapan.
"Sebagian keluarga menyebut bahwa mereka menemukan makna dalam setiap tantangan yang mereka hadapi. Mereka belajar untuk fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah dan melepaskan apa yang tidak bisa dikendalikan," jelas Dr. Walsh.
Baca Juga: Gaslighting dalam Keluarga, Begini Cara Mengenali dan Mengatasinya
Pentingnya Spiritualitas dan Kerja Tim dalam Keluarga
Dalam banyak kasus, ketahanan juga dipengaruhi oleh spiritualitas dan teladan dalam keluarga, seperti seorang nenek yang menjadi sumber kekuatan karena pengalamannya terdahulu. "Seorang ibu tunggal pernah berkata pada saya, 'Saya bicara pada Tuhan. Dia yang bantu keluarga kami melewati semuanya'," papar Dr. Walsh.
Ketahanan keluarga juga berdampak besar pada kesejahteraan tiap anggotanya. Dalam pendekatan sistem keluarga, kekuatan keluarga secara keseluruhan lebih besar dari sekadar jumlah kekuatan tiap individu. Dengan saling mendukung, setiap anggota keluarga bisa berkontribusi pada ketahanan bersama.
Anak-anak pun, misalnya, bisa ikut membantu dengan cara sederhana seperti menggambar, menyapu, atau menemani orang tua. "Kuncinya adalah semua punya peran. Ini kerja tim," ujar Dr. Walsh.
Bagi keluarga yang berpindah lintas budaya, keterbukaan menjadi modal penting untuk bertahan dan berkembang. Daripada hanya bergaul dengan komunitas sendiri, keluarga disarankan untuk mulai membuka diri, mengundang tetangga, atau sekadar berbincang dengan orang baru.
Namun, Dr. Walsh juga mengingatkan agar tidak memutus hubungan dengan akar budaya asal. "Seperti tanaman yang dipindahkan, jika dipisahkan dari akarnya, ia tak akan tumbuh. Kita harus membawa sebagian akar itu ke tempat baru," imbuhnya.
Fondasi Penting Tetap Komunikasi
Komunikasi pun menjadi fondasi penting dalam membangun ketahanan. Melalui aktivitas bersama, seperti memasak atau berjalan-jalan, orang tua bisa berdiskusi dengan anak-anak tentang pengalaman mereka. Bertanya seperti, “Apa yang kamu rasakan tadi?” atau “Apa yang membuatmu terkejut?” bisa mempererat hubungan dan memberi makna pada peristiwa sehari-hari.
Bahkan menyimpan kenang-kenangan atau bertukar hadiah bisa menjadi simbol kekuatan emosional keluarga. Dr. Walsh menambahkan, komunikasi juga berarti mengakui adanya penderitaan. Duduk bersama, memberikan kenyamanan, dan mendengarkan perasaan satu sama lain sama pentingnya dengan menyelesaikan masalah.
"Yang tak kalah penting adalah merayakan hal-hal kecil, tertawa bersama, dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan," ucapnya.
Pada akhirnya, yang membentuk ketahanan keluarga adalah sikap dan pandangan terhadap kehidupan, apakah kita melihat kesulitan sebagai beban yang melemahkan atau sebagai peluang untuk bertumbuh dan memperkuat ikatan.
Baca Juga: Catat, 7 Tips Berbagi Kebahagiaan Lebaran dengan Keluarga yang Jauh
(*)