Dukung Anak dengan Bipolar dan Skizofrenia Lewat Peran Keluarga

Tim Parapuan - Jumat, 16 Mei 2025
Acara press conference membahas tentang Bipolar dan Skizofrenia
Acara press conference membahas tentang Bipolar dan Skizofrenia Dok.Parapuan

Dr. Khamelia Malik, SpKJ(K), Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa FKUI-RSCM, turut menyampaikan bahwa kondisi GB dan Skizofrenia pada anak dan remaja serupa dengan orang dewasa. “Gangguan ini menurunkan kualitas hidup karena perubahan suasana hati yang ekstrem, energi, dan aktivitas yang tidak stabil," ungkapnya. 

Bagi ODS (Orang dengan Skizofrenia), munculnya delusi atau halusinasi bisa sangat mengganggu fungsi sosial. Sayangnya, insidensi GB dan Skizofrenia pada usia muda belum banyak mendapat perhatian.

Kebanyakan intervensi baru dilakukan ketika pasien sudah memasuki usia dewasa dan gejalanya memburuk. Ini berisiko tinggi menurunkan kualitas hidup serta meningkatkan peluang komplikasi medis dan sosial.

“Pada GB, ketidakpatuhan berobat bisa meningkatkan risiko kekambuhan dan perawatan inap. Pada Skizofrenia, bisa memicu munculnya gejala psikotik kembali, bahkan meningkatkan risiko bunuh diri,” jelas Dr. Khamelia. Ia menekankan bahwa pentingnya kepatuhan tidak hanya untuk pengendalian gejala, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup jangka panjang.

Menariknya, pasien dengan kepatuhan tinggi menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik. Mereka tetap bisa menjalankan aktivitas produktif, bersosialisasi, dan bahkan bekerja. Kuncinya adalah pengobatan yang konsisten dan dukungan emosional dari keluarga.

Terkait efek samping, Dr. Khamelia menyebut ini masih menjadi tantangan di lapangan. “Beberapa pasien mengeluhkan berat badan naik, gangguan tidur, atau masalah konsentrasi. Namun saat ini sudah ada obat-obatan inovatif yang mampu meminimalkan efek samping tersebut,” katanya.

Perempuan dalam hal ini ibu, pengasuh, guru, atau saudara perempuan memainkan peran kunci sebagai sistem pendukung utama (support system). Dukungan mereka bisa mempercepat pemulihan, mengurangi stigma, dan membantu anak menjalani pengobatan yang tepat.

Kolaborasi antara lembaga medis dan swasta juga memainkan peran penting. Hanadi Setiarto, Country Group Head Wellesta CPI mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan PDSKJI untuk meningkatkan kesadaran publik. “Tujuan kami adalah agar masyarakat paham dan bisa mengenali tanda-tanda gangguan jiwa, lalu mencari bantuan tanpa takut dinilai negatif,” jelasnya.

Dengan pengobatan yang tepat, dukungan keluarga yang konsisten, dan pemahaman masyarakat yang lebih baik, anak dan remaja dengan gangguan Bipolar atau Skizofrenia bisa tumbuh, belajar, dan berdaya seperti anak-anak lainnya. Pemulihan adalah mungkin, asal dijalani bersama.

Baca Juga: Dialami Jang Na Ra di Drakor My Happy Ending, Kenali Gejala Bipolar


(*)

Celine Night

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri