Mengapa Perempuan Lebih Rentan Alami Varises? Ini Penjelasannya

Tim Parapuan - Jumat, 16 Mei 2025
Cara mengatasi varises, Bisa dengan cara dipijat.
Cara mengatasi varises, Bisa dengan cara dipijat. Azat_ajphotos

Parapuan.co -  Dalam budaya yang menekankan pada penampilan fisik, banyak perempuan merasa tidak nyaman saat tubuh mereka menunjukkan perubahan. Salah satunya, muncul urat-urat biru keunguan di kaki atau yang dikenal sebagai varises.

Sayangnya, varises sering direduksi sebagai masalah estetika, padahal sebenarnya ini adalah gangguan pada sistem peredaran darah yang bisa berdampak terhadap kualitas hidup. Perempuan juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini karena faktor biologis dan hormonal.

Apa Itu Varises?

Varises adalah pelebaran atau pembengkakan pembuluh darah vena superfisial, yang sering ditemukan di kaki akibat melemahnya katup vena. Normalnya, katup-katup kecil di dalam pembuluh vena menjaga agar darah tetap mengalir ke arah jantung.

Namun ketika katup ini melemah atau rusak, darah bisa mengalir kembali dan menumpuk di vena, menyebabkan pembuluh membesar, berkelok, dan terlihat menonjol di permukaan kulit. Gejala varises meliputi nyeri, rasa berat, pembengkakan, kram malam hari, hingga rasa terbakar di kaki.

Menurut American College of Phlebology, sekitar 23 persen orang dewasa di seluruh dunia mengalami varises, dan lebih dari 50 persen di antaranya adalah perempuan. Faktor risikonya meliputi kehamilan, usia, obesitas, genetik, dan pekerjaan yang menuntut posisi berdiri atau duduk terlalu lama.

Mengapa Perempuan Lebih Rentan Terkena Varises?

Sebuah artikel dari jurnal International Journal of Women's Dermatology (2020) menjelaskan bahwa hormon estrogen dan progesteron dapat melemahkan dinding pembuluh darah dan katup vena. Inilah sebabnya mengapa perempuan lebih rentan mengalami varises, terutama saat kehamilan, menstruasi, atau menopause.

Selama kehamilan, volume darah meningkat hingga 30 hingga 50 persen, memberi tekanan tambahan pada vena kaki.

Baca Juga: Dokter Sebut Manfaat Vitamin untuk Jaga Kesehatan Tubuh di Musim Pancaroba

Penelitian oleh Gloviczki et al. dalam jurnal Society for Vascular Surgery tahun 2011 juga mencatat bahwa sekitar 40 persen perempuan hamil akan mengalami varises. Ini bisa menetap setelah melahirkan jika tidak ditangani dengan tepat.

Varises tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga berdampak psikologis. Dalam survei yang dilakukan oleh Vein Clinics of America, 73 persen perempuan yang memiliki varises mengaku merasa kurang percaya diri saat mengenakan pakaian terbuka.

Tidak hanya itu, lebih dari 60 persen juga merasa malu tampil di tempat umum seperti pantai atau kolam renang.

Tekanan sosial terhadap standar kecantikan tubuh perempuan memperburuk stigma ini. Sayangnya, kondisi ini sering diabaikan dalam diskursus kesehatan mental perempuan, meskipun jelas bahwa persepsi terhadap tubuh (body image) bisa terpengaruh signifikan oleh kehadiran varises.

Meski sering diasosiasikan dengan usia lanjut, varises juga umum ditemukan pada perempuan muda. Studi oleh Beebe-Dimmer et al. (2005) menemukan bahwa sekitar 20 persen perempuan di usia 20–29 tahun sudah menunjukkan tanda-tanda awal varises, terutama mereka yang bekerja dalam posisi berdiri lama atau kecenderungan genetik tertentu. 

Faktor gaya hidup modern seperti duduk terlalu lama di depan layar, kurangnya aktivitas fisik, dan penggunaan sepatu hak tinggi turut mempercepat timbulnya varises di usia produktif.

Meskipun sebagian besar varises bersifat ringan, beberapa kasus bisa berkembang menjadi komplikasi serius, seperti tromboflebitis superfisial, ulkus vena, bahkan deep vein thrombosis (DVT). Gejala yang harus diwaspadai antara lain pembengkakan ekstrem, perubahan warna kulit di sekitar vena, luka yang tak kunjung sembuh, dan nyeri tajam.

Organisasi National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) menyarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter bila gejala ini muncul, karena komplikasi yang tidak ditangani dapat mengganggu mobilitas dan meningkatkan risiko infeksi.

Baca Juga: Studi Sebut Jam Kerja Panjang Bisa Mengubah Struktur Otak, Simak Penjelasannya


Pencegahan Varises

Varises dapat dicegah dengan kebiasaan sehat sehari-hari, termasuk olahraga teratur, menjaga berat badan, menghindari berdiri atau duduk terlalu lama, serta mengangkat kaki saat beristirahat. Stocking kompresi juga terbukti membantu meningkatkan sirkulasi darah.

Dari sisi medis, pilihan pengobatan varises juga ada beragam, antara lain:

  • Skleroterapi, injeksi larutan untuk menutup vena.

  • Terapi laser, menghancurkan vena dengan energi panas.

  • Vein stripping dan ligasi, prosedur bedah untuk mengangkat vena.

  • Endovenous ablation therapy, teknik minimal invasif menggunakan gelombang radio atau laser.

Merawat varises bukanlah bentuk penolakan terhadap tubuh sendiri, melainkan ekspresi kepedulian terhadap kesehatan dan kenyamanan. Dalam masyarakat yang seringkali menilai tubuh perempuan dari aspek visual semata, penting untuk mengedukasi bahwa perawatan diri mencakup fungsi, kenyamanan, dan keseimbangan emosional.

Merawat tubuh yang mengalami varises tidak bertentangan dengan prinsip menerima diri. Justru, dengan memahami kondisi ini secara utuh, perempuan bisa mengambil keputusan yang lebih sadar dan empatik terhadap tubuhnya sendiri.

Varises bukan sekadar urat menonjol di kaki. Ia bisa menyakitkan, mengganggu, dan memengaruhi cara perempuan memandang dirinya sendiri.

Alih-alih malu atau menyembunyikannya, sudah saatnya perempuan diberi ruang untuk mendiskusikan kondisi ini tanpa stigma. Pendidikan tentang kesehatan vena perlu menjadi bagian dari literasi kesehatan perempuan, mulai dari usia muda.

Perempuan berhak merasa nyaman dalam tubuhnya, termasuk saat tubuh itu memberi sinyal bahwa ia butuh dirawat.

Baca Juga: Mengapa Perempuan Melakukan Egg Freezing? Dokter Ungkap Alasannya

 

(*)

Celine Night