Parapuan.co - Di tengah hiruk-pikuk kota besar, kualitas udara semakin menjadi isu yang mendesak. Polusi udara tidak lagi sekadar gangguan lingkungan, tetapi ancaman serius terhadap kesehatan, khususnya bagi para lansia.
Dalam Gerontological Society of America tahun 2025, menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara, terutama partikel halus seperti Particulate Matter (PM) 2,5 dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Partikulat halus atau PM2,5, adalah partikel dengan ukuran diameter kurang dari atau sama dengan 2,5 mikrometer.
Sebab ukurannya sangat kecil, partikel ini mampu menembus jauh ke dalam paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah, hingga akhirnya mencapai otak. PM2.5 dapat memicu peradangan sistemik dan stres oksidatif yang berkontribusi terhadap kerusakan jaringan otak.
Studi dalam jurnal Alzheimer's & Dementia tahun 2022, menemukan bahwa perempuan lebih rentan terhadap dampak neurodegeneratif dari polusi dibanding laki-laki.
Hal ini diperkuat oleh faktor biologis dan hormonal yang membuat otak perempuan lansia lebih sensitif terhadap stres oksidatif karena polusi udara.
Paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan gangguan otak pada lansia, seperti Alzheimer dan demensia vaskular. Paparan ini mempercepat proses neurodegeneratif dan dapat memengaruhi kualitas hidup lansia secara signifikan.
Di Indonesia, polusi udara bukan hanya berasal dari emisi kendaraan bermotor dan industri, tetapi juga dari pembakaran sampah dan penggunaan bahan bakar biomassa untuk memasak.
Melansir Kompas.com, konsentrasi PM2,5 di Jakarta sering kali melebihi ambang batas World Health Organization, dan ini berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, termasuk kelompok lansia.
Perempuan lansia termasuk kelompok paling rentan karena umumnya memiliki keterbatasan fisik, akses kesehatan yang terbatas, dan ketergantungan pada keluarga. Di sisi lain, banyak dari mereka tinggal di lingkungan padat penduduk dengan kualitas udara buruk dan ventilasi yang minim.
Baca Juga: Adakah Ilmu untuk Jadi Caregiver Lansia Sebanyak Teori Parenting Anak?
Merangkum Kompas.com, berikut beberapa cara pencegahan untuk melindungi lansia, dari polusi udara yang menbahayakan kesehatan otak dari tingkat rumah tangga, hingga lingkungan.
Gunakan alat penjernih udara (air purifier): Alat ini sangat efektif dalam menyaring partikel PM2,5 yang tak terlihat mata. Tempatkan di ruang tidur lansia agar dapat menghirup udara bersih saat beristirahat, karena tidur yang berkualitas penting untuk kesehatan otak.
Perbaiki sirkulasi udara dalam rumah: Ventilasi yang baik akan membantu mengeluarkan polusi dari dalam rumah, terutama saat memasak. Namun, jika udara luar sedang buruk, penting untuk menutup ventilasi sementara dan menggunakan air purifier sebagai solusi.
Hindari memasak dengan bahan bakar padat: Kayu, arang, dan minyak tanah menghasilkan asap pekat yang mengandung partikel halus dan karbon monoksida. Penggunaan bahan bakar bersih seperti gas LPG atau listrik dapat mengurangi polusi di dalam rumah secara signifikan.
Batasi paparan asap rokok: Lansia sangat rentan terhadap asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Jika ada anggota keluarga yang merokok, pastikan melakukannya di luar rumah, jauh dari area lansia.
Tutup jendela dan pintu saat tingkat polusi tinggi: Pada jam sibuk lalu lintas atau ketika Indeks Kualitas Udara (AQI) menunjukkan level buruk, tutup rapat jendela untuk mencegah masuknya polusi ke dalam rumah.
Tanam pohon atau tanaman penyerap polusi: Tanaman seperti lidah mertua, palem, atau sirih gading bisa membantu menyerap polutan dalam ruangan. Di luar rumah, pohon besar mampu mengurangi kadar karbon dan menyaring udara.
Gunakan masker saat keluar rumah: Masker biasa tidak cukup menyaring partikel halus. Gunakan masker khusus seperti N95 atau KN95 yang dapat memblokir PM2,5 dengan lebih efektif, terutama untuk lansia apabila harus bepergian ke rumah sakit atau pasar.
Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan: Pemeriksaan fungsi paru-paru, tekanan darah, dan kesehatan otak (termasuk deteksi dini demensia) penting untuk menangani dampak polusi sejak dini. Skrining ini dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
Baca Juga: Kesepian dan Pendidikan Rendah, Pemicu Depresi pada Lansia Perempuan
Konsumsi makanan tinggi antioksidan: Polusi meningkatkan radikal bebas dalam tubuh yang dapat merusak sel-sel otak. Konsumsi buah-buahan seperti beri, jeruk, apel, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan dapat membantu menangkalnya.
Cukup istirahat dan hidrasi: Lansia membutuhkan tidur berkualitas 7–8 jam per malam. Kurang tidur membuat otak lebih rentan terhadap stres dan peradangan. Tak hanya tidur, konsumsi air yang cukup juga membantu tubuh membuang racun, termasuk dari polusi.
Berolahraga ringan di tempat aman: Aktivitas seperti jalan kaki ringan di dalam rumah, yoga ringan, atau senam lansia bisa menjaga sirkulasi darah dan memperkuat otak. Hindari berolahraga di luar rumah saat polusi tinggi.
(*)
Celine Night