Temuan Utama: Respons Otak yang Berbeda pada Gambar Romantis
Artinya, pria yang mengaku setia cenderung memproses gambar-gambar romantis dengan pusat "rasa senang" di otak yang lebih aktif dibandingkan mereka yang nonmonogami. Sementara itu, reaksi terhadap gambar-gambar lain (yang tidak romantis atau hanya sensual) tidak menunjukkan perbedaan berarti antara kedua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa hanya perasaan terkait romansa yang berbeda, bukan respons terhadap rangsangan seksual secara umum.
Peneliti menyimpulkan bahwa "proses saraf dalam memandang gambar romantis memang berbeda antara pria monogami dan nonmonogami". Temuan ini memberi gambaran awal bahwa kecenderungan dalam sebuah hubungan mungkin tercermin dalam cara otak merespons situasi romantis.
Keterbatasan Studi: Jumlah Peserta Kecil dan Tidak Bahas Perselingkuhan Langsung
Namun, penting untuk diingat bahwa hasil studi ini belum bisa dijadikan patokan mutlak. Seperti penelitian ilmiah lainnya, diperlukan studi lanjutan untuk memperkuat temuan ini. Apalagi, penelitian ini hanya melibatkan 20 orang pria—jumlah yang relatif kecil untuk menarik kesimpulan besar.
Selain itu, studi ini tidak membahas hubungan poliamori (hubungan dengan lebih dari satu pasangan yang disepakati semua pihak) dan tidak secara spesifik menanyakan apakah peserta pernah berselingkuh, melainkan hanya membedakan apakah mereka punya lebih dari satu pasangan atau tidak.
Dalam Kehidupan Nyata, Komunikasi Masih Kunci Utama
Tentu saja, kita tidak bisa membawa mesin fMRI setiap saat untuk memastikan apakah pasangan setia atau tidak. Pada akhirnya, komunikasi yang terbuka dan jujur tetap menjadi cara terbaik untuk meredakan kecurigaan. Intuisi dan kepekaan terhadap perubahan perilaku pasangan juga masih menjadi alat penting dalam memahami dinamika hubungan.
Jika Kawan Puan mulai merasa gelisah atau ada yang mengganjal dalam hubungan, cobalah untuk membangun komunikasi yang lebih sehat. Sampaikan perasaanmu tanpa tuduhan, dengarkan penjelasan pasangan, dan cari solusi bersama. Perselingkuhan bukan hanya soal siapa yang salah, tetapi juga tentang bagaimana kedua belah pihak membangun kembali rasa percaya.
Dan mungkin saja, intuisi kita selama ini tidak sepenuhnya salah—tetapi jangan lupa, intuisi yang sehat selalu disertai fakta dan komunikasi yang jelas, bukan sekadar kecurigaan semata.
Baca Juga: Ini 3 Cara Perempuan Memulihkan Diri Akibat Perselingkuhan Suami
(*)