Pengalaman traumatis seperti pelecehan seksual dapat membawa dampak serius terhadap perkembangan sosial dan emosional seorang anak. Salah satu konsekuensi yang mungkin muncul adalah kesulitan anak dalam berbaur dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Anak bisa mengalami hambatan besar dalam membangun hubungan sosial yang sehat, cenderung merasa terasing dari teman-temannya, dan menunjukkan emosi yang tidak stabil. Ketidakmampuan ini bukan hanya membuat mereka kesulitan menjalin pertemanan, tetapi juga dapat meningkatkan risiko mereka menjadi sasaran intimidasi atau penolakan dari teman sebaya.
Situasi semacam ini tentu sangat mempengaruhi keseimbangan mental anak dan mengurangi tingkat kebahagiaan mereka secara signifikan, yang pada akhirnya bisa memperburuk kondisi psikologis mereka dalam jangka panjang.
2. Mengalami Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
Selain berdampak pada kemampuan sosial, anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual juga sangat berisiko mengalami gangguan stres pasca trauma atau yang lebih dikenal dengan istilah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
PTSD ini biasanya ditandai dengan gejala yang cukup serius, seperti anak seringkali teringat atau terbayang terus-menerus akan kejadian buruk yang mereka alami saat pelecehan terjadi.
Mereka mungkin juga mengalami mimpi buruk secara berulang atau merasakan kecemasan yang berkepanjangan setiap kali dihadapkan pada situasi atau hal-hal yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis tersebut. Gejala-gejala ini tentu sangat mengganggu kehidupan sehari-hari anak dan membuat mereka sulit untuk merasa aman serta nyaman di lingkungannya.
3. Berdampak pada Harga Diri dan Rasa Kesepian
Baca Juga: Pelecehan Seksual di KRL Line Tanah Abang, KemenPPPA Kawal Kasusnya
Tidak hanya memengaruhi aspek sosial dan psikologis, pelecehan seksual juga bisa memberikan dampak negatif terhadap bagaimana seorang anak memandang dirinya sendiri. Pengalaman pahit ini kerap kali membuat anak merasa tidak berharga atau bahkan meragukan nilai dan martabat diri mereka.
Rasa bersalah atau malu atas apa yang terjadi pun sering menghantui pikiran mereka, meskipun pada kenyataannya mereka adalah korban dalam situasi tersebut dan tidak memahami sepenuhnya bahwa mereka tidak bersalah.
Perasaan-perasaan negatif ini lambat laun dapat mengganggu perkembangan harga diri anak secara signifikan dan menyebabkan mereka merasa sangat kesepian, karena cenderung menarik diri dari interaksi sosial demi menghindari rasa malu atau penolakan.
4. Berisiko Menjadi Pelaku di Masa Mendatang
Salah satu risiko jangka panjang yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah kemungkinan anak yang pernah menjadi korban pelecehan seksual untuk berubah menjadi pelaku di kemudian hari. Hal ini bisa terjadi karena pengalaman traumatis tersebut memicu perubahan drastis dalam pemahaman serta perilaku seksual.
Selain itu, efek trauma yang tidak tertangani dengan baik dapat meningkatkan risiko mereka untuk mengulangi siklus kekerasan seksual, baik secara sadar maupun tidak sadar, sebagai cara untuk menyalurkan rasa sakit atau kebingungan yang mereka alami.
Ini menjadi salah satu alasan penting mengapa pendampingan dan terapi jangka panjang sangat dibutuhkan agar anak bisa pulih sepenuhnya secara mental dan emosional.
Baca Juga: Pelecehan Seksual di KRL: Kronologi dan Cara Melawan di Ruang Publik
(*)