Parapuan.co - Kawan Puan, mengajarkan anak soal uang bukan cuma soal angka, tapi juga membentuk pola pikir, emosi, dan kemampuan pengambilan keputusan yang sehat. Menurut perencana keuangan Rista Zwestika, pendekatan edukasi finansial sebaiknya dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan.
Pasalnya, cara otak dan emosi anak perempuan dan laki-laki dalam memproses uang memang berbeda. Selain membedakan cara mengedukasi anak laki-laki dan perempuan tentang keuangan, penting pula untuk menghapus stigma yang sering muncul di masyarakat seperti "anak cowok harus pintar cari uang" atau "anak cewek jangan boros nanti nyusahin suami".
Rista Zwestika dalam sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya menjelaskan, pandangan seperti di atas justru bisa membentuk pola pikir yang timpang soal uang sejak kecil. Padahal, riset University of Cambridge (2013) menunjukkan bahwa kebiasaan finansial anak mulai terbentuk sejak usia 7 tahun.
Oleh karenanya, penting untuk membentuk pola pikir keuangan yang tepat pada anak sejak dini. Dengan begitu, kelak di masa depan mereka punya pandangan dan penilaian yang sehat tentang uang, sehingga bisa memanfaatkannya dengan bijak.
Lantas, bagaimana cara mengajarkan anak laki-laki dan perempuan tentang keuangan. Simak rangkuman dari saran Rista Zwestika di bawah ini:
Perbedaan dalam Memahami Konsep Uang
- Anak laki-laki cenderung lebih berani ambil risiko, suka kompetisi, dan fokus pada hasil.
- Anak perempuan cenderung lebih hati-hati, peduli konteks sosial, dan berpikir jangka panjang.
Rista menjelaskan, "Penting untuk mengenali perbedaan ini agar pendekatan edukasi finansial sesuai kebutuhan. Jika pendekatannya keliru, anak laki-laki bisa tumbuh menjadi impulsif dan overconfident soal uang. Sebaliknya, anak perempuan bisa tumbuh ragu dan merasa tidak layak memegang kendali finansial."
Dalam keseharian, perbedaan ini sudah dapat kamu lihat. Misalnya anak laki-laki cenderung bertanya langsung, “Crypto bisa bikin aku kaya enggak?”, sedangkan anak perempuan lebih mungkin untuk bertanya, “Kalau aku nabung tiap bulan, cukup enggak buat bantu Mama nanti?”
Studi Fidelity (2021) juga menunjukkan bahwa meskipun perempuan lebih teliti dan sabar dalam berinvestasi, mereka jauh lebih jarang memulai investasi dibanding laki-laki. Hal ini bukan karena ketidakmampuan, melainkan karena kurangnya kepercayaan diri dan minimnya representasi.
Baca Juga: Kurikulum Merdeka Beri Literasi Finansial untuk Siswa, Bagaimana Aplikasinya?
Cara Mengedukasi Keuangan pada Anak
1. Cara mengajarkan keuangan kepada anak laki-laki
Agar anak laki-laki tidak tumbuh impulsif atau sekadar mengejar ambisi uang, ada dua cara yang disarankan:
- Berikan pengalaman simulasi berinvestasi dan gagal. Dengan begitu, mereka belajar menghadapi risiko dan konsekuensinya.
- Tantang dengan tujuan kecil, misalnya, “Kalau kamu bisa kumpulin 100 ribu, mau diinvestasikan ke apa?”
Langkah di atas akan membantu anak laki-laki belajar pengambilan keputusan yang matang, bukan sekadar mengejar hasil cepat.
2. Cara mengajarkan keuangan ke anak perempuan
Untuk anak perempuan, pendekatan yang disarankan fokus pada membangun rasa percaya diri dalam mengelola uang:
- Validasi rasa takut mereka soal uang, agar mereka merasa dipahami.
- Tunjukkan contoh perempuan yang berdaya secara finansial, supaya mereka punya gambaran positif tentang peran perempuan dalam ekonomi.
- Libatkan mereka dalam keputusan finansial keluarga, seperti bertanya pendapat soal belanja atau tabungan, agar mereka terbiasa merasa punya suara dalam hal keuangan.
Baik anak laki-laki maupun perempuan berhak dan mampu sukses secara finansial. Namun, agar tumbuh menjadi pribadi yang sehat dalam mengelola uang, pendekatan edukasinya perlu disesuaikan dengan karakter dan cara berpikir masing-masing.
Dengan begitu, mereka bisa membangun pola pikir finansial yang kuat tanpa terjebak stigma gender.
Baca Juga: Tantangan Memberi Literasi Finansial pada Anak Remaja di Era Cashless
(*)