Parapuan.co - Di balik wajah bahagia dan terlihat baik-baik saja, banyak orang menyimpan luka yang tak pernah selesai dibicarakan. Trauma bisa datang dari mana saja, termasuk dari dalam keluarga, lingkaran terdekat yang seharusnya menjadi tempat paling aman.
Film 'Mungkin Kita Perlu Waktu' merupakan karya terbaru dari Teddy Soeriaatmadja yang akan tayang mulai 15 Mei 2025. Film ini dekat dengan kita, khususnya bagi perempuan yang kerap menjadi penjaga emosi dalam keluarga.
Cerita film ini berpusat pada keluarga kecil yang terdiri dari Restu (Lukman Sardi), Kasih (Sha Ine Febriyanti), dan Ombak (Bima Azriel). Setelah kepergian anak sulung mereka, Sara (Naura Hakim), ketiganya mencoba bertahan.
Alih-alih saling menguatkan, mereka justru saling menjauh dalam diam. Keluarga ini tampak baik-baik saja dari luar, tapi di dalamnya ada trauma yang tidak pernah benar-benar dibicarakan.
Film ini tidak memperlihatkan ledakan konflik dan air mata yang dramatis. Sebaliknya, Teddy mengajak penonton menelusuri konflik-konflik halus, seperti ekspektasi yang menyesakkan.
Tidak hanya itu, dalam film ini kita juga diperlihatkan komunikasi yang tidak tersampaikan dan memendam rasa bersalah.
“Hal yang tidak meledak-ledak tetap punya power untuk mengikis dari dalam,” ujar Teddy dalam Gala Premiere film yang digelar 6 Mei lalu di Jakarta.
Bagi banyak perempuan, film ini akan terasa sangat relevan. Mungkin kamu adalah sosok penjaga harmoni dalam keluarga, entah sebagai ibu, anak perempuan, atau pasangan.
Sering kali, perempuan justru terpaksa mengabaikan lukanya demi menjaga orang lain tetap utuh. Karakter Kasih, sang ibu, diperankan dengan sangat dalam oleh Sha Ine Febriyanti.
Baca Juga: Dampak Psikologis yang Dirasakan Perempuan Ketika Terjebak Hubungan Toksik
Ine juga merepresentasikan banyak perempuan yang memilih untuk diam meski sedang hancur, karena merasa harus kuat demi orang lain.
Film ini menunjukkan bahwa luka emosional yang tidak dibicarakan bukan hanya tidak sembuh, tapi bisa diwariskan ke generasi selanjutnya.
Tak hanya dari sudut pandang perempuan, film ini juga memberi ruang pada narasi laki-laki yang tak kalah penting. Karakter Restu, sang ayah, diperankan oleh Lukman Sardi, menunjukkan bahwa menjadi ayah bukan berarti harus selalu tegar.
Justru, keberanian mengakui kerapuhan dan meminta bantuan adalah bentuk maskulinitas yang sehat.
Salah satu kekuatan film ini adalah keberaniannya mengangkat isu kesehatan mental dalam keluarga Indonesia. Bima Azriel dan Tissa Biani (pemeran Aleiqa, teman Ombak) melakukan riset intensif demi memahami bagaimana karakter mereka memproses trauma dan gangguan psikologis.
Tak hanya itu, film ini juga menyoroti keadaan keluarga di Indoensia yang enggan untuk terbuka satu sama lain. Padahal keterbukaan bisa membantu menghilangkan trauma yang ada.
Melalui gaya penceritaan yang tenang dan sinematik, Mungkin Kita Perlu Waktu menyampaikan emosinya tanpa perlu berteriak.
Film ini semakin lengkap dengan kehadiran soundtrack dari Ardhito Pramono dan Sheila Dara Aisha yang lirih sekaligus menghanyutkan, pengalaman menonton film ini menjadi personal.
Baca Juga: Pemicu Individu Lakukan Self-Harm dan Kaitannya dengan Kesehatan Mental
Seperti judulnya, film ini menyadarkan bahwa waktu memang penting, tapi terkadang waktu tidak cukup. Kawan Puan juga perlu keberanian untuk menyuarakan luka, memaafkan diri sendiri, dan memeluk kesedihan yang tak bisa dihindari.
Film Mungkin Kita Perlu Waktu tayang mulai 15 Mei 2025 di bioskop seluruh Indonesia. Ikuti juga informasi terbaru seputar film ini di Instagram @kathanika.films @adhyapictures @karuna_pictures.
(*)
Celine Night