Parapuan.co - Kawan Puan, semenjak menjadi ibu, sebagian darimu yang sibuk dengan pekerjaan di luar rumah mungkin berpikir bahwa ada penurunan kualitas dan kuantitas dari peranmu sebagai karyawan. Namun, faktanya barangkali tidak sepenuhnya demikian.
Perjalanan menjadi ibu bekerja memang penuh dinamika, terlebih ketika kamu punya atasan yang belum memiliki pengalaman sebagai orang tua. Hal ini diungkapkan Daizha Rioland, seorang ibu dua anak yang saat ini menjalani sistem kerja hybrid sebagai penulis.
Ia membagikan pandangannya tentang tantangan, prioritas, dan harapannya sebagai ibu yang juga seorang profesional. Seperti apa? Berikut beberapa hal yang membuat Daizha merasa perannya sebagai ibu justru menjadikannya karyawan yang lebih baik seperti melansir dari The Every Mom!
Prioritas Berbeda Bukan Berarti Tidak Komitmen
Menurut Daizha, perbedaan prioritas antara atasan dan karyawan yang sudah berkeluarga merupakan hal wajar. Ia mengakui bahwa meski pekerjaannya sangat penting dan bermakna, keluarga tetap menjadi prioritas utamanya.
"Saya tetap akan menyelesaikan pekerjaan saya. Saya akan memberikan yang terbaik. Tapi mungkin tidak selalu tepat pukul 4 sore atau di tengah rapat yang bertepatan dengan waktu penjemputan anak," ungkapnya.
Daizha berharap para atasan memahami bahwa karyawan yang memiliki anak tetap bisa memberikan kontribusi maksimal, meskipun dengan pola kerja dan jadwal yang sedikit berbeda. Fleksibilitas dan saling pengertian menjadi kunci.
Menjadi Ibu Membentuk Keterampilan Baru yang Bernilai di Tempat Kerja
Meski tantangan meningkat setelah menjadi ibu, Daizha menegaskan bahwa pengalaman sebagai orang tua justru membuatnya menjadi pribadi yang lebih kuat dan karyawan yang lebih tangguh.
Baca Juga: Untuk Ibu Bekerja, Mengapa Membagi Waktu antara Anak dan Pekerjaan Penting?
"Saat saya dipercaya untuk menyesuaikan jam kerja dan merawat diri, justru saya kembali bekerja dengan lebih fokus dan efektif," jelasnya.
Kemampuan multitasking, manajemen waktu, empati, dan ketangguhan emosional yang terasah saat membesarkan anak terbukti berdampak positif pada performa kerja.
Hukuman Sosial terhadap Ibu Masih Ada
Daizha juga menyoroti fenomena mom penalty atau hukuman sosial terhadap ibu, baik yang disadari maupun tidak. Ia menjelaskan bahwa anggapan ibu bekerja kurang berkomitmen masih kerap muncul, mulai dari tatapan saat pulang lebih awal hingga kesempatan promosi yang terlewatkan.
"Bias ini tidak selalu berasal dari niat buruk, tapi dampaknya nyata. Kita perlu membangun budaya kerja yang lebih adil dan inklusif bagi orang tua," kata Daizha lagi.
Tumbuh Bersama Meski Jalan Berbeda
Daizha berharap perusahaan dan para pemimpin memberikan ruang bagi karyawan untuk berkembang, meski jalannya berbeda-beda. Ia meyakini kolaborasi akan lebih kuat jika setiap individu diberi kesempatan menyeimbangkan peran profesional dan pribadi.
"Kita semua ingin bangga dengan pekerjaan kita dan menjadi manusia seutuhnya. Versi berkembang saya sebagai ibu mungkin berbeda, tapi tetap penuh dan bermakna," pungkasnya.
Semoga informasi dalam artikel ini menjadi pengingat bahwa dengan komunikasi yang baik, fleksibilitas, dan empati, ibu bekerja dapat berkontribusi optimal sekaligus menjalankan peran keluarga dengan seimbang.
Baca Juga: 5 Cara Menghadapi Rasa Bersalah yang Kerap Menghantui Ibu Bekerja
(*)