Parapuan.co- Afrika mencatat sejarah baru. Dalam perjalanan panjang politik global, kehadiran perempuan sebagai pemimpin negara masih menjadi sorotan yang penuh harapan di sana.
Melansir dari northeastern.edu, Netumbo Nandi-Ndaitwah, perempuan berusia 72 tahun, baru saja dinyatakan sebagai pemenang pemilihan umum Namibia pada 3 Desember 2024 lalu.
Kemenangan ini menjadikannya presiden perempuan pertama di Namibia.
Selain itu, kemenangan ini mencerminkan dedikasi Namibia dalam mewujudkan kesetaraan gender, sebuah tujuan yang telah menjadi fokus utama partai berkuasa, Southwest Africa People's Organisation (SWAPO), sejak negara tersebut meraih kemerdekaan dari Afrika Selatan pada tahun 1990.
Martha Johnson, Profesor Madya Ilmu Politik dari Universitas Northeastern mengungkapkan bahwa SWAPO memainkan peran penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender di Namibia.
“Partai ini memimpin langkah penting dengan memasukkan kuota kesetaraan gender ke dalam konstitusi negara,” jelas Johnson.
“Hal ini menjadikan Namibia sebagai salah satu negara Afrika Selatan yang paling mendukung kepemimpinan politik perempuan,” katanya.
Baca Juga: Agen Pembangun Generasi, Ini Alasan Kepemimpinan Perempuan Dibutuhkan
Menurut Johnson, terpilihnya Nandi-Ndaitwah sebagai presiden adalah bukti bahwa Namibia menjadi contoh nyata dalam mendorong perempuan untuk memimpin.
“Jika ada negara yang mampu mendukung calon presiden perempuan, itu adalah Namibia. Ia adalah kandidat yang dihormati karena pragmatisme, ketegasan, serta citranya yang terpercaya,” tambahnya.
Perjalanan Panjang Nandi-Ndaitwah
Kawan Puan, perjalanan politik Nandi-Ndaitwah dimulai sejak usia 14 tahun, ketika ia bergabung dengan gerakan perlawanan terhadap kekuasaan apartheid di Namibia.
Sejak itu, ia terus aktif dalam kehidupan politik dan menduduki berbagai posisi penting, termasuk sebagai Wakil Presiden Namibia, Wakil Perdana Menteri, Menteri Hubungan Internasional dan Kerja Sama, hingga Menteri Lingkungan Hidup dan Pariwisata.
Pada pemilihan umum kali ini, Nandi-Ndaitwah meraih kemenangan dengan 57 persen suara, mengamankan posisi sebagai pemimpin negara.
Meski demikian, SWAPO hanya mampu mempertahankan mayoritas tipis di parlemen, sebuah tantangan yang harus dihadapi di masa depan.
Afrika dan Kesetaraan Gender
Martha Johnson menyoroti bahwa Afrika, secara rata-rata, memiliki representasi perempuan yang lebih tinggi di parlemen dibandingkan banyak wilayah lain di dunia.
Baca Juga: Catat Sejarah, Annisa-Leli Pasangan Pemimpin Daerah Perempuan Pertama di Sumatera Barat
Hal ini didukung oleh adanya kuota gender yang diterapkan dalam politik.
“Kuota SWAPO sangat penting karena mengharuskan keseimbangan proporsi antara laki-laki dan perempuan dalam pencalonan maupun kepemimpinan partai,” kata Johnson.
Tidak seperti negara-negara Barat, banyak negara Afrika telah melibatkan perempuan dalam struktur politik mereka sejak awal perjuangan kemerdekaan.
Di Namibia, perempuan memainkan peran signifikan dalam perjuangan melawan apartheid, yang memberikan mereka peluang untuk mendorong perubahan setelah kemerdekaan pada 1990.
“Pada 1990-an, perempuan Namibia memiliki posisi yang strategis untuk memengaruhi kebijakan, mereka aktif dalam menulis peraturan partai SWAPO dan memperjuangkan inklusivitas dalam politik,” jelas Johnson.
Tantangan di Masa Depan
Meski kemenangan ini membawa angin segar bagi perempuan di Namibia, Nandi-Ndaitwah masih menghadapi tantangan besar.
Tingkat pengangguran yang tinggi, terutama di kalangan generasi muda, menjadi salah satu isu mendesak yang harus diatasi.
Martha Johnson, memperingatkan bahwa dukungan terhadap SWAPO telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Ini Pentingnya Kepemimpinan Perempuan dalam Keberlanjutan Ekonomi Lintas Sektor
“Meski ia berhasil menang di putaran pertama, ini cukup mengejutkan mengingat tren penurunan dukungan untuk SWAPO,” ujarnya.
“Jika partai ini tidak melakukan perubahan besar, mereka mungkin kehilangan kursi presiden pada pemilihan berikutnya,” pungkasnya.
Kawan Puan, terpilihnya Nandi-Ndaitwah bukan hanya kemenangan bagi Namibia, tetapi juga langkah penting dalam sejarah politik Afrika.
Perjuangannya menjadi inspirasi bagi perempuan di seluruh dunia untuk terus berkontribusi dalam menciptakan perubahan.
(*)
Ken Devina