Apakah Bidang Analisa Pangan Ramah Perempuan? Ini Kata Dr. Widiastuti Setyaningsih

Citra Narada Putri - Jumat, 22 Maret 2024
Bidang analisa pangan ramah perempuan.
Bidang analisa pangan ramah perempuan. (Thanadol Benyasirisataporn/Getty Images)

“Tapi kalau kehadiran kita itu tidak bisa tergantikan saat kita membersamai anak. Tapi aktualnya yang terjadi tuntutan kerjaan itu lebih banyak dan akan semakin banyak dengan meningkatnya karier seseorang,” jelasnya.

Maka, agar kedua kehidupan tersebut bisa berjalan - bukan berarti seimbang, diperlukan kompromi dan strategi. 

“Masih perlu lagi pertimbangan untuk membagi waktu work karena saya tidak hanya untuk penelitian saja sebenarnya. Lebih challenging karena sebagai dosen juga,” ceritanya yang mengaku membagi waktu pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi tantangan terbesarnya. 

Maka strategi yang dilakukan Dr. Widi adalah meminta bantuan untuk pekerjaan yang bisa didelegasikan atau memiliki tim yang kompak, yang bisa diandalkan untuk back up pekerjaan.

Dunia Sains Lebih Inklusif

Kendati masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan, namun Dr. Widi mengaku berbangga hati karena timnya didominasi oleh perempuan peneliti

“Laki-lakinya (tim riset) hanya seperlimanya. Malah mungkin sepuluh persen yah yang laki-laki,” ceritanya. 

Di bidang teknologi pangan, menurut Dr. Widi, memang didominasi perempuan peneliti. 

Di sisi lain, bidang analisa pangan yang ia geluti juga cukup mendukung para perempuan peneliti untuk bisa berkembang. 

Baca Juga: Agustine Christela Melviana: Perempuan sebagai Peneliti di Bioteknologi Punya 3 Kelebihan Ini

“Ada kemungkinannya kita menjadi leader di dalam bidang analytical chemistry, meskipun memang ada keterbatasan pada beberapa hal,” ujarnya. 

Dr. Widi mengaku cukup bersyukur bahwa bidang analisis pangan cukup inklusif. 

“Di lingkungan saya sendiri, empat per limanya adalah perempuan peneliti. Dan di lingkungan aktual juga sudah saya rasakan cukup kondusif untuk perempuan beraktivitas dalam penelitian ilmiah, khususnya di analisis pangan,” ceritanya berdasarkan pengalamannya sendiri.

Sementara dunia sains secara umum, menurut Dr. Widi, mungkin masih ada beberapa bidang yang lebih banyak dikuasai oleh laki-laki.  

Dilihat dari perspektif kesempatan, menurutnya perempuan peneliti tidak kalah kompetitif dengan laki-laki. Tapi ketertarikan bidangnya terkadang masih terkotak-kotak berdasarkan gender.

Misal saja bidang pangan yang lebih erat dengan perempuan dan teknik yang lebih banyak dengan laki-laki.

“Anggapan di awal bahwa bidang ini bidang laki-laki, bidang ini bidang perempuan itu harusnya dinetralkan,” harap Dr. Widi agar bisa menghadirkan dunia sains yang lebih inklusif.  

“Sehingga apapun bidangnya perempuan bisa berkompetisi dengan laki-laki. Juga perempuan peneliti bisa berkompeten di bidang yang mana biasanya laki-laki yang berkompeten,” tutupnya. 

(*)

Baca Juga: Persiapan Perempuan Berkarier di Bioteknologi Menurut Agustine Christela Melviana