Hari Perempuan Internasional: Perempuan dan Dampak Krisis Iklim yang Tak Bisa Dipisahkan

Linda Fitria - Jumat, 8 Maret 2024
Perempuan dan perubahan iklim
Perempuan dan perubahan iklim golfcphoto

"Perempuan tuh yang ngatur keuangan, naiknya beras, harga kebutuhan pokok semakin mempersulit perempuan. Itu bentuk pemiskinan. Udah tau kita rentan krisis iklim, tapi kebijakan pemerintah enggak pernah serius soal politik pangan. Ancaman krisis iklim itu akan menyebabkan kita mengalami krisis pangan," kata Khalisah atau yang akrab disapa Alin.

Pada akhirnya, rantai kemiskinan makin berlanjut dan sulit untuk diputuskan. Bahkan bisa makin buruk, berujung pada pernikahan dini yang dianggap sebagai solusi tercepat.

"Pemiskinan terhadap perempuan dialami perempuan ketika krisis iklim terjadi. Dan turunannya ada lagi, pada keluarga yang miskin, bahkan kekerasan pada perempuan di ranah lain, seperti pernikahan dini," kata Alin.

Kesehatan Perempuan yang Terancam

Tak hanya itu, krisis iklim juga berdampak besar pada kesehatan reproduksi perempuan.

Pengalaman perempuan yang berbeda dari laki-laki, menjadikan perempuan kelompok yang paling berisiko terhadap krisis iklim ini, terutama jika membahas kesehatan reproduksi.

Perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Artinya, kebutuhan akan air akan jauh lebih banyak dari laki-laki. Jika krisis iklim terus terjadi, bukankah perempuan lagi yang merugi?

"Kita punya pengalaman menstruasi yang laki-laki nggak punya itu. Tapi ketika air tercemar ya tentu risiko kesehatan reproduksi sangat besar," imbuh Alin.

Belum lagi jika kita bicara polusi udara. Meski semua merasakan dampaknya, bagaimana dengan para ibu hamil? Tentu risikonya jauh lebih besar.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Momen Penting untuk Mendorong Kesetaraan Gender di Tempat Kerja

Penulis:
Editor: Linda Fitria