Dokter Tegaskan Diabetes Jadi Silent Killer, Harus Ditangani Tepat

Anna Maria Anggita - Rabu, 26 Juli 2023
Diabetes jadi penyakit silent killer
Diabetes jadi penyakit silent killer Andres Victorero

Parapuan.co - Penting bagi Kawan Puan untuk terhindar dari penyakit diabetes.

Pasalnya, dalam acara "Isomaltulosa Cegah Terjadinya Peningkatan dan Penurunan Drastis Kadar Gula Diabetisi" oleh DMensol di Paloma Resto, Hotel Des Indes Menteng, Selasa (25/07/2023), dr. Marini Siregar, SpGK., menegaskan diabetes itu silent killer yang berbahaya.

"Diabetes merupakan penyakit yang ‘akrab’ kita dengar, padahal sebenarnya merupakan silent killer yang berbahaya," tegas dr. Marini.

Sebab, menurutnya baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovasukular, stroke, penyakit syaraf (neuropati), penyakit ginjal (nefropati), dan penyakit mata (retinopati).

Hendaknya diketahui Kawan Puan bahwa diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya hormon insulin dalam tubuh yang dihubungkan dengan proses autoimun serta sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Sedangkan diabetes tipe 2, tubuh dapat menghasilkan insulin secara normal, tetapi insulin dapat tidak digunakan secara normal, kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.

"Untuk itu, masyarakat perlu mengenal gejala-gejala diabetes agar segera mendapatkan penanganan yang tepat," ujar dr. Marini.

Gejala diabetes yang mudah dikenali antara lain:

- Rasa haus dan lapar yang berlebih

Baca Juga: Apa itu Isomaltulosa? Kata Dokter Jadi Pemanis untuk Pengidap Diabetes

- Sering buang air kecil

- Penurunan berat badan secara tiba-tiba

- Lemah dan cepat lelah

- Penglihatan mulai kabur

- Luka sembuh secara lambat, serta gatal–gatal pada kulit.

Demi terhindar dari diabetes yang merupakan silent killer, maka penting untuk mengetahui faktor risiko agar terhindar dari kondisi ini.

Faktor risiko diabetes seperti riwayat keluarga, usia lebih dari 45 tahun, riwayat diabetes melitus gestasional atau melahirkan bayi BBL (berat badan lahir) lebih dari 4 kg, obesitas, aktivitas fisik kurang dan diet yang tidak sehat, dan memiliki riwayat penyakit kardiovaskular.

Orang yang memiliki berbagai faktor risiko diabetes sebaiknya menjalani gaya hidup sehat, dr. Marini pun menyarankan:

Baca Juga: Bisa Dialami Semua Usia, Ini Penyebab Diare dan Cara Mengatasinya

- Olahraga yang dilakukan tidak perlu yang berat, bisa berbentuk jalan sehat, lari, atau bersepeda.

- Harus bisa mengelola stres, karena saat stres, kadar gula darah akan naik, sehingga pada akhirnya tidak bisa mengelola diabetes dengan baik pula.

- Masyarakat dan para diabetisi (pengidap diabetes) juga perlu menjauhi alkohol dan rokok karena keduanya mampu memicu diabetes untuk berkomplikasi menjadi penyakit yang lebih parah, seperti penyakit jantung, stroke, hingga penyakit mata.

Selain ketiga hal di atas, dr. Marini menyatakan yang menjadi kunci utama yakni memperhatikan asupan makanan sehat untuk diabetisi.

Makanan harus memiliki zat gizi seimbang, mulai dari sumber kabohidrat, protein, vitamin dan mineral, serta lemak.

Tenang saja, diabetisi juga tetap boleh mengonsumsi gula, namun tidak sembarangan, dr. Marini menyarankan isomaltulosa.

Isomaltulosa adalah zat mirip sukrosa, yang dapat bertahan lebih lama, serta konstan dalam hal menyediakan energi bagi tubuh dan otak.

"Isomaltulosa yang masuk bersama makanan atau minuman akan diserap oleh tubuh 26-45 persen lebih lambat dari jenis gula lainnya dengan demikian gula darah stabil dan menimbulkan efek kenyang yang lebih lama" papar dr. Marini.

Adapun keuntungan mengonsumsi isomaltulosa seperti pasokan energi seimbang dan berkelanjutan, mendukung diet rendah glikemik rendah, meningkatkan metabolisme, manajemen berat badan dan pembakaran lemak, serta aman bagi gigi.

"Pada intinya, kandungan ini menjadi salah satu kunci keseimbangan nutrisi harian diabetisi.

"Hasilnya akan lebih maksimal karena juga disinergikan dengan Whey, Omega 3, Omega 6, dan natrium yang rendah," pungkas dr. Marini.

Baca Juga: Dokter Gizi Jelaskan Aturan Makan bagi Pengidap Diabetes Melitus

(*)

Usia Sampai Gaya Hidup Jadi Faktor Risiko Pneumonia pada Orang Dewasa