Sosok Dyah Roro Esti, Srikandi untuk Negeri Bidang Energi yang Juga Politisi

Arintha Widya - Minggu, 2 Juli 2023
Politikus muda Dyah Roro Esti.
Politikus muda Dyah Roro Esti. Dok. Instagram @dyahroroestiwp

Parapuan.co - Nama Dyah Roro Esti dikenal publik bukan setelah ia dilantik menjadi anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).

Dyah Roro Esti dikenal dan menjadi sorotan usai mengusulkan pembubaran Komisi VII DPR dalam rapat paripurna yang dilakukan pada pertengahan tahun 2021.

Kala itu, ia menilai Komisi VII DPR hanya bermitra dengan satu kementerian, yaitu Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) yang menyebabkan pengawasan tidak berjalan optimal.

Terlepas dari itu, Dyah Roro Esti yang terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2019-2024 memiliki misi mulia sebagai politisi.

Bahwasanya, ia ingin menciptakan perubahan terkait lingkungan dengan membuat kebijakan yang bisa berdampak pada masyarakat.

Seperti apa kontribusi Srikandi untuk Negeri yang satu ini dalam membuat perubahan di bidang lingkungan dan energi sebagai seorang politisi?

Simak informasinya dalam wawancara PARAPUAN dengan Dyah Roro Esti belum lama ini!

Menjadi Co-Founder Organisasi IE21

Pemilik nama lengkap Dyah Roro Esti Widya Putri ini merupakan co-founder organisasi IE2I atau Indonesian Energy and Environmental Institute.

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri Asal Yogyakarta Berdayakan Lulusan SLB Lewat Bisnis Mainan Anak

Organisasi ini sejalan dengan jabatan Dyah Roro, lantaran Komisi VII DPR memiliki lingkup tugas di bidang energi, riset dan teknologi, dan lingkungan hidup.

Tak heran jika Dyah Roro sangat vokal dalam menyuarakan isu-isu terkait lingkungan hidup dan pemanfaatan energi dan sumber daya di Indonesia.

Bersama IE2I dan anggota Komisi VII DPR lainnya, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan institusi pemerintah.

Sebut saja di antaranya Kementerian ESDM dan Kementerian Lingkungan Hidup.

"Institusi ini bergerak di bidang energi iya, lingkungan iya. Kita kerja sama dengan pemerintah, dengan kementerian ESDM, kementerian lingkungan hidup," ungkap alumni LPDP lulusan University of Manchester itu.

LE2I menjadi teman bagi berbagai institusi yang sudah ada di pemerintahan untuk melaksanakan berbagai macam program di kalangan masyarakat.

Selain apa yang sudah dilakukannya dengan menjadi co-founder IE2I, Dyah Roro ingin menjadi Srikandi untuk Negeri yang lebih berdampak.

Hal itu pun diwujudkan dengan memanfaatkan jabatannya sebagai anggota DPR RI.

"Di saat itu saya belajar, ternyata kita bisa berdampak. Banyak sekali yang kita lakukan di berbagai wilayah di Indonesia," tutur Dyah Roro.

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Stephanie Nursalim Berdayakan Perempuan Lewat Fesyen

"Saya berpikir saat itu, kalau misalnya kita ingin melakukan lebih untuk Indonesia walaupun dengan ekosistem politik saat ini, suka atau tidak suka kita harus berusaha untuk bisa masuk dalam sistem," imbuhnya.

Menurutnya, itu pulalah yang membuatnya terjun di dunia politik selain karena mengikuti jejak sang ayah yang juga politisi dari Partai Golkar.

"Untuk hal-hal yang sebelumnya saya lakukan di lingkup provinsi, kabupaten, ketika masuk di sistem (jadi anggota DPR), otomatis dampaknya bisa dirasakan dari Sabang hingga Merauke," ucap Dyah Roro lagi.

Dari situlah, ia menyuarakan berbagai kebijakan terkait energi dan lingkungan hidup.

Salah satunya melalui IE2I yang menjadi organisasi yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran tentang pemanasan global dan konsekuensi negatif perubahan iklim.

Dyah Roro juga menyuarakan tentang usaha apa yang harus dilakukan dalam percepatan ekosistem kendaraan listrik untuk menurunkan emisi karbon di Indonesia.

Meski tugasnya tidak mudah, nama Dyah Roro di kalangan politisi muda dan politisi perempuan cukup diperhitungkan, lho.

Ia bisa menjadi role model bagi para perempuan yang ingin terjun di dunia politik.

Semoga kontribusinya sebagai Srikandi untuk Negeri di bidang energi dan lingkungan ini bisa menginspirasi, ya.

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Cerita Nala Amirah Bangun Green Welfare di Usia 15 Tahun

(*)

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Linda Fitria