Ini 7 Film Wajib Tonton di Festival Sinema Australia Indonesia 2023

Citra Narada Putri - Jumat, 17 Februari 2023
Film Australia dan Indonesia yang ditayangkan di Festival Sinema Australia Indonesia 2023.
Film Australia dan Indonesia yang ditayangkan di Festival Sinema Australia Indonesia 2023. Dok. Miles Film & Roadshow Films

Parapuan.co - Merayakan 70 tahun program beasiswa Australia di Indonesia, Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) akhirnya kembali hadir. 

Diadakan mulai dari 24 Februari hingga 18 Maret 2023, FSAI 2023 akan menampilkan lima film terbaik dari Australia dan dua film Indonesia, yang akan ditayangkan di tujuh kota.

Mulai dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Mataram, Yogyakarta, Bandung hingga Tangerang Selatan.  

"Australia terkenal secara global akan keahliannya di bidang perfilman, dan FSAI merupakan kesempatan luar biasa untuk berinteraksi dengan para ahli dan mendapatkan pengalaman terbaik dalam perfilman Australia dan Indonesia," papar Penny Williams PSM, Duta Besar Australia untuk Indonesia (17/2/2023). 

Sedangkan menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, melalui acara FSAI ini juga Indonesia bisa belajar untuk mengembangkan diri agar film-film dari berbagai negara bisa dilakukan di tanah air. 

"Dan ini kita ingin belajar bagaimana berinovasi, beradaptasi dari regulasi dan juga berkolaborasi, sehingga kita juga bisa mudah-mudahan menarik film-film itu untuk di-shoot di Indonesia, dan juga untuk menciptakan peluang usaha serta lapangan kerja," ujar Sandiaga Uno dalam acara pembukaan FSAI. 

Sementara itu, tujuh film yang ditayangkan di acara tahunan FSAI ini adalah:

1. Sweet As

 Baca Juga: Fakta Menarik Film Berbalas Kejam, Reuni Reza Rahadian dan Laura Basuki

Sweet As adalah film remaja Australia yang disutradarai oleh Jub Clerc dan dirilis pada tahun 2022.

Film ini dibintangi oleh Shantae Barnes-Cowan sebagai Murra, seorang gadis pribumi Australia dari keluarga bermasalah yang menemukan hasrat untuk fotografi saat berpartisipasi dalam sebuah retret pemuda.

Film ini menggambarkan sisi lain dari persahabatan, cinta pertama, dan menemukan jati diri di jalan yang jarang dilalui.

2. Penguin Bloom

Penguin Bloom menceritakan kisah nyata Samantha Bloom, seorang ibu tiga anak yang terluka parah saat kecelakaan di Thailand.

Iamematahkan punggungnya dalam suatu kecelakaan dan mengalami lumpuh dari dada ke bawah.

Setahun kemudian, anak-anaknya membawa pulang burung murai yang terluka ditemukannya di jalan.

Sam pun dengan hati-hati mendekati burung murai tersebut dan mulai berkenalan dengan anggota keluarga baru.

Baca Juga: 10 Selebriti Ini Memiliki Anak Setelah Berusia 40 Tahun (Part I)

3. Moon Rock for Monday

Moon Rock For Monday adalah film independen Australia (2022) yang ditulis dan disutradarai oleh Kurt Martin dan diproduksi oleh Jim Robison.

Berlatarkan kota Sydney tahun 1999, Moon Rock For Monday menceritakan pertemuan yang unik antara seorang gadis kecil dan remaja laki-laki buronan. 

Pertemuan tidak terduga di stasiun kereta api tersebut membawa mereka dalam perjalanan yang tak terlupakan.

Termasuk kunjungan ke Moon Rock yang diyakini si gadis kecil bisa menyembuhkannya dari penyakit mematikan. 

4. The Drove's Wife: The Legend of Molly Johnson

Mengambil latar tahun 1893, film ini mengisahkan tentang sosok Molly Johnson yang tengah hamil tua dan berjuang hidup bersama anak-anaknya di lanskap Australia yang keras. 

Baca Juga: Jadi Psikolog, Laura Basuki Lakukan Ini untuk Karakternya di Film Berbalas Kejam

Pasalnya, ia harus hidup sendiri tanpa suaminya, yang sedang menggembalakan domba di dataran tinggi. 

Molly kemudian mendapati dirinya dihadapkan pada buronan Aborigin bernama Yadaka (Rob Collins), yang justru menciptakan hubungan tak terduga antara keduanya.

Sementara itu, menyadari suami Molly hilang, pengacara kota baru Nate Clintoff menjadi curiga dan mengirim polisi untuk menyelidiki.

Pertemuan mematikan antara Molly, Yadaka, dan polisi menghasilkan rangkaian peristiwa tragis dengan Molly menjadi simbol feminisme dan anti-rasisme.

5. Peter Rabbit 2: The Runaway

Peter Rabbit 2: The Runaway adalah film komedi animasi 3D yang disutradarai dan diproduksi oleh Will Gluck, yang menulis skenario bersama Patrick Burleigh.

Film ini merupakan sekuel dari Peter Rabbit tahun 2018 yang diproduksi oleh Sony Pictures Animation, dan didasarkan pada kisah Peter Rabbit yang dibuat oleh Beatrix Potter.

Kisahnya sendiri menceritakan tentang karakter Peter Rabbit yang melarikan diri dari keluarga manusianya ketika dia mengetahui bahwa mereka akan menggambarkannya dengan buruk di buku mereka.

Baca Juga: Disney Kenalkan Karakter Perempuan Plus Size Pertama dalam Animasi Reflect

Kemudian ia pun berpapasan dengan kelinci yang lebih tua, yang mengikatnya untuk melakukan pencurian.

James Corden mengulangi perannya sebagai Peter Rabbit, bersama Rose Byrne, Domhnall Gleeson, dan David Oyelowo dalam peran live-action, dan pengisi suara Elizabeth Debicki, Lennie James, dan Margot Robbie.

6. Paranoia

Disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana, film Paranoia bercerita tentang ibu dan anak Dina (Nirina Zubir) serta Laura (Caitlin North-Lewis) yang gusar karena suaminya Gion (Lukman Sardi) dikabarkan akan segera bebas dari penjara.

Pasalnya, Gion adalah suami dan ayah yang kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga, sehingga mengharuskan mereka melarikan diri.

Dalam pelariannya, Dina dan Laura bertemu dengan Raka (Nicholas Saputra) yang menjadi tetangganya dan curiga bahwa ia adalah orang suruhan sang suami.

7. Humba Dreams

 Baca Juga: Mira Lesmana Beri Bocoran Film Petualangan Sherina 2, Ada Aksi Seru di Tengah Hutan

Masih disutradarai dan diproduseri oleh dynamic duo Riri Riza serta Mira Lesmana, Humba Dreams adalah film Indonesia yang banyak ditayangkan di ajang internasional. 

Film ini sendiri mengisahkan tentang Martin (JS Khairen), mahasiswa film di Jakarta, yang harus pulang ke Sumba karena panggilan keluarga untuk melaksanakan keinginan almarhum ayahnya.

Mendiang ayahnya mewariskan sebuah kartrij film 16 mm yang belum tereksposdan harus ditayangkan untuk penduduk Sumba.

Ia mulai dengan mencari informasi cara dan bahan-bahan untuk “mencuci” film itu lewat internet serta mencari bahan-bahan langka pada zaman digital ini.

Perjalanan ini mempertemukan Martin dengan Ana (Ully Triani), yang menanti kabar suaminya yang bekerja di luar negeri.

Hingga akhirnya pertemuan itu mengarah pada sebuah perjalanan yang mengungkap tentang Sumba, adatnya, film, dan juga dirinya.

Workshop untuk Penyuka Film

Selain menyaksikan lima film Australia dan dua film Indonesia, FSAI juga menyediakan rangkaian kegiatan workshop untuk para peminat film dan industri kreatif. 

Diadakan secara gratis, workshop tersebut akan diadakan di empat kota di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Yogyakarta. 

Untuk informasi lengkap menyaksikan film atau mengikuti workshop di Festival Sinema Australia Indonesia 2023 secara gratis, Kawan Puan bisa mengunjungi FSAI.id.

(*)

Baca Juga: Hari Kanker Anak Sedunia, Ini 3 Film yang Angkat Kisah Pejuang Kanker