Anneila Firza Kadriyanti

Pengamat komunikasi politik gender; founder dan pegiat literasi digital Mari Melek Media; feminist blogger.

Cyberbullying: Bahagia dan Sedih Tetap Dicerca, Harus Stop Bermedsos?

Anneila Firza Kadriyanti Kamis, 19 Januari 2023
Perempuan adalah gender yang paling banyak menerima cyberbullying di dunia digital. Cara menghentikannya?
Perempuan adalah gender yang paling banyak menerima cyberbullying di dunia digital. Cara menghentikannya? Mikhail Seleznev

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Bullying Demi Memperoleh Kontrol Atas Orang Lain

Sejak media sosial beralih fungsi sebagai tool (perangkat) pemasaran alih-alih networking, hampir segala postingan mengandung tendensi untuk menunjukkan kuasa dan kontrol si pemilik akun terhadap pengguna lainnya.

Postingan media sosial menjadi upaya bagi seorang pengguna untuk mendapatkan validasi serta pengakuan dan penerimaan sosial.

Setiap postingan harus membuat orang lain iri, atau setidaknya kesengsem, dengan tampilan dan kepemilikan barang yang ditunjukkan di laman media sosial.

Dengan begitu, si pengguna memperoleh status sosial tinggi dengan menjadi pusat perhatian dan bisa mempengaruhi orang lain (seperti selebgram atau influencer).

Baca Juga: Mereka yang Menciptakan dan Diuntungkan oleh Rasa Insecure Perempuan

Namun pertunjukan kuasa di postingan media sosial tak melulu lewat postingan fantastis yang membuat pengguna lain terbelalak.

Mengintimidasi, menghina, dan mempermalukan pengguna lain juga adalah bentuk pertunjukan kuasa.

Karena itu rantai siklus perundungan sulit putus karena setiap orang cenderung ingin mengontrol orang lain.

Hampir segala aspek dapat menjadi sasaran ejekan: usia, disabilitas, ras, agama, gender, preferensi seksual, pilihan politik, kewarganegaraan, karakter dan kepribadian, hingga hobi dan kesenangan individual.