Advertorial

B2P2TOOT Sulap Empat Tanaman Obat Sebagai Suvenir di Ajang Health Minister Meeting G20

Fathia Yasmine - Kamis, 17 November 2022
Sejumlah menteri kesehatan dan delegasi mengikuti hari kedua kegiatan G20 the 2nd Health Ministers Meeting (HMM) di Jimbaran, Badung, Bali, Jumat (28/10/2022).
Sejumlah menteri kesehatan dan delegasi mengikuti hari kedua kegiatan G20 the 2nd Health Ministers Meeting (HMM) di Jimbaran, Badung, Bali, Jumat (28/10/2022). DOK. Istimewa

 

Parapuan.co – Selain kaya akan kebudayaan, Indonesia juga kaya akan keanekaragaman hayati, salah satunya tanaman obat. Dikutip dari penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB), terdapat 25.000 hingga 30.000 jenis tanaman di Tanah Air yang berpotensi menjadi tanaman obat.

Jumlah tersebut membuat Indonesia berhasil menyandang gelar sebagai rumah bagi 80 persen tanaman obat di dunia.

Pencapaian ini pula yang memotivasi pemerintah untuk memperkenalkan tanaman herbal asal Indonesia ke seluruh dunia, salah satunya melalui pertemuan 2nd Health Minister Meeting (HMM) jelang Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20), Kamis (10/11/22).

Sejalan dengan isu kesehatan global yang dibawa pemerintah ke ajang KTT G20, puluhan dus berisi empat buah tanaman herbal pun diberikan kepada perwakilan G20 sebagai suvenir.

Baca Juga: Dorong Pemulihan Ekonomi yang Inklusif, B20 Summit Rilis B20 Communique

Keempat tanaman tersebut adalah anyang-anyang (elaeocarpus grandiflorus sm), kecipir (psophocarpus tetragonolobus (l) dc), kayu ules (helicteres isora l), dan jagung jali (coix lacryma jobi l).

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT) Akhmad Syaikhu mengatakan, tanaman yang termasuk Unique Repository of Indonesian Plants (URIP) tersebut merupakan tanaman obat hasil penelitian B2P2TOOT.

"Jadi kami mempromosikan tanaman obat di Indonesia melalui kreasi kesenian dalam bentuk suvenir," kata Syaikhu dikutip dari rilis resmi Tim Komunikasi dan Media G20, Jumat (11/11/2022).

Syaikhu menjelaskan, suvenir yang dibagikan gratis ini merupakan salah satu bentuk dukungan untuk memperkuat arsitektur kesehatan global melalui pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional. Agenda ini sesuai dengan program pemerintah.

“Selain untuk menarik perhatian delegasi G20, suvenir ini menjadi cara untuk mengenalkan manfaat tanaman obat yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat dalam bentuk simplisia, jamu, dan fitofarmaka,” lanjutnya.

Baca Juga: Cegah Dampak Resesi, Pemerintah Andalkan Rencana Digitalisasi UMKM

Dia pun menjelaskan manfaat keempat tanaman obat tersebut. Anyang-anyang dapat digunakan sebagai antidiabetes dan disentri. Kecipir dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, serta dikenal untuk membantu dalam pencegahan kanker, diabetes, dan asma.

Kemudian kayu ules dapat digunakan sebagai antipiretik dan antioksidan. Sementara biji jagung jali berkhasiat membantu menghambat pertumbuhan sel kanker dan meningkatkan fungsi hormonal.

“Sudah banyak (delegasi) yang menanyakan (produk tanaman tersebut), dari India, Arab, Brazil, Korea Selatan, dan sejumlah negara Eropa. Mereka menanyakan bagaimana mendapatkan produk tersebut. Ini kan masih bahan ya, jadi ditanyakan produknya apa saja dan lain sebagainya,” kata Syaikhu.

Selain menjadi suvenir, produk berbahan baku tanaman obat tradisional juga akan diperkenalkan pada ajang Wellness and Tourism, Senin (14/11/2022). Syaikhu menyebut, terdapat  50 mitra yang akan hadir dengan latar belakang pelaku industri obat tradisional, kecantikan dan spa, termasuk organisasi profesi di bidang pengobatan tradisional.

Melalui suvenir dan agenda Wellness and Tourism, ia berharap tanaman obat dan obat tradisional asal Indonesia dapat memberi kontribusi terhadap isu kesehatan global, serta menginspirasi negara lain untuk ikut serta dalam pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.

"Bahan baku obat di Indonesia ini banyak sekali didatangkan atau diimpor dari luar negeri. Ini juga kurang bagus. Diharapkan Indonesia bisa mandiri mempersiapkan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Dengan begitu, Indonesia bisa memberi inspirasi bagi negara lainnya,” tutup Syaikhu.

Penulis:
Editor: Sheila Respati