Mengenal Pruritus, Penyakit Kulit Gatal yang Harus Diwaspadai

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 4 November 2022
Mengenal Pruritus, penyakit  kulit gatal
Mengenal Pruritus, penyakit kulit gatal Freepik

Parapuan.co Penyakit kulit dapat berupa infeksi atau alergi disebabkan karena kebersihan diri dan lingkungan yang tidak terjaga.

Penyakit kulit ini dapat dialami oleh semua orang tanpa memandang usia.

Mulai dari bayi hingga orang lanjut usia (lansia) bisa mengalami masalah pada kulit.

Salah satunya adalah pruritus atau yang sering dikenal dengan kulit gatal.

dr. Yustin Sumito, Sp.KK., Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia menjelaskan, pruritus kerap dialami lansia.

Dalam bahasa awam lebih dikenal dengan istilah “gatal” yang
didefinisikan sebagai sensasi tidak menyenangkan pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.

"Secara umum, pruritus sebenarnya bisa dikatakan sebagai gejala dari berbagai penyakit kulit tertentu, dan tidak semuanya menular, tergantung dari penyakit yang mendasari.

"Pruritus yang menular adalah pruritus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur," ungkap dr. Yustin dalam acara Virtual Media Briefing, Kamis (3/11/2022).

"Tingkat kesembuhan pasien pruritus sendiri juga bergantung pada penyakit yang mendasari, yang penting harus benar dalam pemilihan tatalaksana untuk pruritus," terangnya.

Baca Juga: Sering Diabaikan, Mengenal Xerosis atau Kulit Kering pada Lansia yang Bisa Sebabkan Pruritus

Ia menambahkan, di Indonesia sendiri, lansia didefinisikan sebagai penduduk berusia 60 tahun ke atas, di mana populasinya diketahui sebesar 10.82% pada tahun 2021, dan diperkirakan akan terus meningkat (2%-3% per 5 tahun).

Salah satu faktor risiko pruritus adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas, seperti dikutip dari Cleveland Clinic.

Dengan semakin besarnya populasi lansia di Indonesia, tentu risiko Pruritus pun semakin besar.

Contohnya di Amerika Serikat, sebuah studi menunjukkan lebih dari 7 juta pasien rawat jalan melaporkan gejala pruritus setiap tahunnya; di mana 1.8 juta (25%) di antaranya merupakan pasien-pasien yang berusia 65 tahun ke atas.

Terkait faktor risiko, selain karena usia, seseorang bisa tambah berisiko mengalami pruritus jika:

- Memiliki alergi

- Memiliki kondisi penyakit lain seperti eksim, psoriasis, dan diabetes

- Sedang hamil

Baca Juga: Bisa Redakan Gatal dalam 5 Menit, Ini Rekomendasi Serum Wajah untuk Kulit Sensitif

- Mereka yang sedang menjalani dialisis.

Menurut penjelasan dr. Yustin, pada kasus lansia, ada 3 proses utama terkait penuaan yang berhubungan dengan terjadinya pruritus.

Pertama, hilangnya fungsi barrier (pelindung atau pembatas) kulit yang menyebabkan turunnya fungsi repair pada kulit.

Kedua, immunosenescence atau penurunan kerja sistem imun atau sistem perlindungan tubuh.

Ketiga, neuropati atau abnormalitas sistem saraf, dimana pruritus cenderung lebih sering mengalami kekambuhan.

Oleh sebab itu, diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat dibutuhkan untuk lansia yang mengalami pruritus.

Deteksi dini pruritus dilakukan melalui anamnesis (menanyakan riwayat pasien), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara menyeluruh.

Derajat keparahan gatal ada pada skala 1-10.

Bila derajat keparahan di atas 6, gatal dirasakan hingga pasien terbangun dari tidur, maka sudah terjadi gangguan kualitas hidup secara bermakna, sehingga tatalaksana agresif dibutuhkan.

Baca Juga: Apa Itu Ringworm? Infeksi Jamur pada Kulit yang Cepat Menular

Tatalaksana pertama yang dilakukan tentu dengan menjaga kelembaban kulit.

Misalnya dengan metode soak-and-smear (rendam kulit selama 10-20 menit di dalam air) dan metode wet wraps (perban atau kain basah yang dibalut dengan krim tertentu).

"Namun perlu diingat bahwa pengobatan pruritus dan xerosis yang benar dan tuntas tidak sesederhana memakai krim pelembab. Oleh sebab itu jika masih belum sembuh dan berlanjut dalam waktu yang terlalu lama, maka pengobatan dari dokter SpKK tentu diperlukan,” jelas dr. Yustin.

“Memang mengobati pruritus, dan juga kulit kering, menjadi tantangan tersendiri di meja praktik. Hal ini karena dokter harus mampu menemukan penyebab yang mendasari dan
mengobati pruritus berdasarkan penyebabnya tersebut," tambahnya.

dr. Yustin juga mengatakan bahwa kesadaran masyarakat akan penyakit yang satu ini masih cukup rendah.

"Belum lagi, saat ini awareness masyarakat untuk memeriksakan kondisi ini ke dokter masih rendah dan cenderung menyepelekan.

"Namun, kami selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik sehingga bisa menjadi bagian untuk mengatasi permasalahan pruritus dan kulit kering bagi para lansia,” tutupnya.

(*)

 

Viral di TikTok, Kenapa Minum Kopi Bisa Memicu Buang Air Besar?