3 Kiat Pola Asuh Demokratis pada Anak, Komisioner KPAI: Emosi Anak Itu Penting

Ericha Fernanda - Jumat, 30 September 2022
Pola asuh demokratis.
Pola asuh demokratis. Bearinmind

Parapuan.co - Setiap orang tua memiliki gaya pengasuhan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing anak, salah satunya pola asuh demokratis.

Pola asuh demokratis adalah pengasuhan dengan menghargai kebebasan anak, menerima emosi anak, dan menerapkan komunikasi dua arah.

Meski diberikan kebebasan, orang tua tetap membimbing anak agar perilakunya tetap positif dan terkendali.

"Pengasuhan demokratis itu saling mendengarkan. Kalau ada masalah dibicarakan bersama, emosi anak itu penting," kata Retno Listyarti, M.Si, selaku Komisioner KPAI, saat konferensi pers launching buku 'Agar Anda Siap Jadi Ayah dan Bunda' di Tangerang Selatan, Jumat (30/9/2022).

Lebih lanjut, Retno menjelaskan kiat-kiat penting dalam menerapkan pola asuh demokratis pada anak. Yuk, simak!

1. Menerima Emosi Anak

Menerima emosi anak, baik negatif atau positif, sangat penting dilakukan agar mereka merasa dihargai dan diperhatikan.

"Anak harus dicukupi kebutuhan emosinya. Sering diajak bicara, didengarkan, dipeluk, dan dibesarkan dalam keluarga harmonis sangat penting bagi kesehatan mentalnya," tuturnya.

Selain itu, kata Retno, sesibuk apapun pekerjaan orang tua sebaiknya selalu meluangkan waktu untuk dekat dengan anak.

Baca Juga: 4 Cara Menumbuhkan Keterampilan Emosional pada Diri Anak, Apa Saja?

"Orang tua jangan sama-sama sibuk sampai lupa dengan anak. Dekat dengan anak membuat mereka tidak merasa kesepian," jelas Retno.

3. Mengajarkan Anak Menyelesaikan Masalah

Mengajarkan anak menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri dapat membantunya membuat keputusan dengan baik di masa depan nanti.

Sehingga, anak memiliki keterampilan dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah tanpa harus selalu dituntun orang tuanya.

"Kalau anak ada masalah, jangan orang yang menyelesaikan. Kita cukup membantu dan mengarahkan," imbuhnya.

Retno menambahkan, orang tua dan anak perlu saling berkomunikasi guna meningkatkan keterampilan penyelesaian masalahnya.

3. Tidak Melakukan Kekerasan pada Anak

Menurut Retno, kekerasan fisik dan batin terhadap anak dapat memicu trauma yang bisa bertahan sampai dewasa.

"Kalau orang tua emosi, sulit untuk berpikir rasional. Jadi tahan dulu sampai emosinya reda, kalau sudah tenang baru bicara dengan anak," katanya.

Ia melanjutkan, "Pertengkaran dan kekerasan tidak pernah berakhir dengan baik. Maka, selesaikan dengan cara yang lebih baik."

Nah, itulah kiat-kiat dalam menerapkan pola asuh demokratis pada anak ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Seperti Kekerasan Verbal, Ini 5 Dampak Negatif Membentak Anak

(*)