Ini Cara Afina Syifa Mengedukasi Orang Tua Terkait Gangguan Kesehatan Mental yang Dialaminya

Ardela Nabila - Kamis, 29 September 2022
Cara mengedukasi orang tua apabila kamu mengalami gangguan kesehatan mental.
Cara mengedukasi orang tua apabila kamu mengalami gangguan kesehatan mental. Chaay_Tee

Parapuan.co - Bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental, hal terpenting yang mereka butuhkan adalah untuk mendapatkan dukungan dari orang sekitar, khususnya orang tua.

Namun sayangnya, stigma terkait gangguan kesehatan mental yang ada di tengah-tengah masyarakat tak jarang membuat mereka tidak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.

Ironisnya, gangguan kesehatan mental sering kali dianggap sebagai bentuk gangguan spiritual yang membutuhkan metode penyembuhan lewat terapi keagamaan.

Seperti yang dialami oleh penyintas bipolar dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), Afina Syifa, yang mengaku pernah dianggap mengalami gangguan spiritual karena bipolar tipe I yang dideritanya.

“Ibu sama ayah aku awalnya denial, sampai aku pernah dibawa ke ruqyah karena mereka mengira bipolar aku karena jin. Padahal ketika aku di-ruqyah enggak apa-apa sebenarnya, tapi aku sedihnya waktu itu aku sudah sebulan enggak self-harm dan aku cuma minta untuk diapresiasi,” ceritanya saat hadir di Podcast Cerita Parapuan.

Namun untungnya, seiring berjalannya waktu, Afina berhasil memberikan pengertian kepada orang tuanya bahwa apa yang dialaminya merupakan gangguan kesehatan mental.

Afina pun menceritakan hal yang ia lakukan untuk mengedukasi orang tuanya terkait gangguan kesehatan mental yang dialaminya.

“Memang menjelaskan ke generasi yang ada di atas kita itu susah. Awalnya aku debat sampai nangis, tapi ternyata cara itu salah,” katanya.

Menurutnya, alih-alih berdebat, ia justru mencoba menjelaskan secara perlahan sembari membayangkan dirinya berada di posisi mereka.

Baca Juga: Afina Syifa Ceritakan Perjalanan Penerimaan Dirinya Hadapi Gangguan Kesehatan Mental

“Aku membayangkan di posisi mereka yang enggak tahu apa-apa tentang kesehatan mental, terus tiba-tiba anaknya didiagnosis gangguan mental, pasti akan kaget juga,” kata Afina.

“Sebenarnya kadang kalau sudah enggak sabar banget aku bisa sampai nangis menjelaskannya, tapi aku lebih membayangkan gimana jadi orang awam dan mewajarkan itu,” sambungnya.

Saat berbincang dengan kedua orang tuanya, Afina berusaha memberikan penjelasan terkait apa yang dialaminya.

Selain itu, Afina juga menyebutkan hal apa saja yang sudah ia coba lakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan mental yang dialaminya, khususnya saat menghadapi fase depresi.

“Jadi aku jelasin pelan-pelan, kayak curhat tapi lebih terbuka saja. Aku bilang aku sudah merasakan fase depresi, sudah melakukan ini-itu tapi tetap merasa depresi,” ujar Afina.

Afina juga tak jarang mengajak orang tuanya menemaninya berkunjung ke profesional seperti psikolog dan psikiater agar bisa mendapatkan pemahaman lebih lanjut mengenai kondisi yang dialami putrinya.

“Kalau aku lagi capek untuk menjelaskan, aku langsung ajak ke psikolog, jadi biar mereka yang menjelaskan. Kebetulan ayah aku dokter dan ibu aku bidan, jadi mereka pasti lebih percaya sama orang yang profesional,” ungkap Afina.

Dengan mengajak orang tuanya untuk mendampingi ketika berkonsultasi ke psikolog atau psikiater, Afina Syifa mengaku lebih dimengerti dan didukung.

Baca Juga: Orang Terdekat Alami Gangguan Kesehatan Mental, Ini Cara Tepat Mendukungnya Menurut Afina Syifa

“Sampai sekarang mereka selalu ikut kalau aku konsul dan mereka jadi lebih ngerti aku. Bahkan sekarang obat itu disimpan sama ayah aku, jadi aku merasa itu bentuk kasih sayang orang tua aku dan bahwa mereka sudah menerima aku,” katanya senang.

Dalam hal mengedukasi orang tua terkait gangguan kesehatan mental yang dialaminya, Afina menekankan bahwa komunikasi terbuka merupakan kunci utamanya.

Kini, ia pun bisa lebih terbuka dengan kedua orang tuanya mengenai apa yang dirasakannya.

Lebih jauh, Afina terus berupaya untuk membuktikan ke orang tuanya bahwa gangguan kesehatan mental yang dideritanya bukanlah suatu kekurangan, sehingga tak perlu merasa malu.

“Aku juga lebih membuktikan kalau aku bisa membantu orang lewat itu. Ternyata ibu dan ayah aku sering melihat aku diundang ke seminar, jadi mereka melihat ini sebagai kelebihan, bukan kekurangan,” tutup Afina. (*)