Sejarah Louis Vuitton, Berawal dari Koper hingga Ciptakan Monogram Ikonik

Ardela Nabila - Kamis, 4 Agustus 2022
Sejarah Louis Vuitton yang berawal dari koper hingga bikin monogram ikonik.
Sejarah Louis Vuitton yang berawal dari koper hingga bikin monogram ikonik. tupungato

Parapuan.co - Kawan Puan, hari ini, Kamis, (4/8/2022), merupakan peringatan hari kelahiran seorang desainer ternama asal Prancis, yakni Louis Vuitton Malletier.

Di dunia fashion, kiprah desainer yang dikenal dengan nama Louis Vuitton atau LV itu memang cukup fenomenal.

Bagaimana tidak, desainer yang namanya kini menjadi rumah mode dan perusahaan produk fashion mewah itu memiliki pengaruh cukup besar di dunia mode.

Sejarah Louis Vuitton

Sejarah panjang brand fashion mewah asal Prancis ini bermula saat Louis Vuitton remaja berusia 16 tahun memutuskan pergi ke Paris pada tahun 1837 untuk bekerja di Monsieur Maréchal.

Dikutip dari laman resmi Louis Vuitton, mode transportasi utama yang dipakai masyarakat kala itu ialah kereta kuda, kapal, dan kereta, di mana bagasi barang bawaan ditangani secara kasar.

Makanya, saat itu banyak masyarakat dan wisatawan meminta pengrajin untuk mengemas dan melindungi barang mereka.

Louis Vuitton dengan cepat menjadi pengrajin andalan studio Monsieur Maréchal di Paris, yang kemudian menjadi akar dari awal kariernya di industri artisanal.

Selama 17 tahun bekerja di studio tersebut, barulah Vuitton mulai menjalankan bisnis menjual koper dan membuka workshop pertamanya sendiri di 4 Rue Neuve des Capucines pada tahun 1854.

Baca Juga: Dituduh Jual Tas KW, Ini Kronologi Louis Vuitton Dituntut Pelanggannya

Dikutip dari Vogue, seiring berkembangnya mode transportasi dan banyak orang mulai bepergian dengan kendaraan, bisnis yang dibangun Vuitton pun ikut berkembang pesat.

Bukan tanpa alasan koper buatannya menjadi favorit banyak kalangan atas, sebab Vuitton menawarkan koper waterproof guna mencegah terjadinya kerusakan pada barang yang ada di dalam koper tersebut.

Bahkan pada tahun 1858, LV memperkenalkan koper kanvas yang ringan dan kedap udara, inovasi berbeda dari koper yang ada di pasaran saat itu dan kemudian mulai ditiru oleh brand lainnya.

Kesuksesan Louis Vuitton berhasil membuatnya memperluas jangkauan bisnisnya, yakni dibukanya workshop legendaris di Asnières pada tahun 1959.

Workshop legendaris Louis Vuitton di Asnières.
Workshop legendaris Louis Vuitton di Asnières. Dok. Louis Vuitton

Workshop inilah yang kemudian menjadi simbol keluarga Vuitton sekaligus tempat produksi produk-produk LV.

Diciptakannya Unpickable Lock

Pada tahun 1886, anak dari Louis Vuitton, Georges Vuitton, merevolusi kunci koper dengan sistem penutup atau kunci yang tak bisa dicabut guna mengutamakan keamanan.

Unpickable lock Louis Vuitton.
Unpickable lock Louis Vuitton. Dok. Louis Vuitton

Baca Juga: Jadi Koleksi Terakhir Virgil Abloh, Intip Fashion Show Virgil Was Here dari Louis Vuitton

Sistem kunci tunggal dengan dua gesper pegas itu akhirnya dipatenkan dan terbukti efektif melindungi isi dalam koper, sehingga tak heran apabila kunci ini masih dipakai sampai sekarang.

Awal Mula Monogram Ikonik Louis Vuitton

Pada tahun 1896, sebagai bagian dari kampanye Georges untuk membuat Louis Vuitton menjadi brand dunia, monogram ikonik LV pun akhirnya diciptakan dan dipatenkan.

Dikutip dari Haute History, monogram tersebut pertama kali dibuat untuk mencegah peniruan desain produk yang dikeluarkan LV.

Selain itu, monogram tersebut diciptakan oleh Georges untuk mengenang sang ayah, Louis Vuitton.

Awal mula monogram Louis Vuitton.
Awal mula monogram Louis Vuitton. Dok. Louis Vuitton

Monogram ikonik ini pun terlihat menghiasi hampir semua produk LV sampai saat ini, mulai dari koper mewah, handbag, sepatu, dan berbagai aksesori.

Ironisnya, monogram ini sekarang justru juga menjadi salah satu desain paling populer dan paling banyak ditiru di dunia.

Mulai Berekspansi dan Mengeluarkan Tas Biasa

Baca Juga: Sukses di Squid Game, Louis Vuitton Pilih Jung Ho Yeon sebagai Global Ambassador

Tas Keepal serta Speedy dari Louis Vuitton pertama kali debut pada tahun 1930 dan menjadi penanda ekspansi merek ini yang awalnya hanya fokus pada koper untuk bepergian.

Peluncuran tas biasa kemudian diikuti oleh tas Noé pada tahun 1932, di mana ketiga tas ini masih menjadi tiga jenis tas paling populer dari Louis Vuitton sampai sekarang.

Dari tahun ke tahun, brand Louis Vuitton terus dikembangkan secara turun temurun oleh keluarga Vuitton.

Pada tahun 1936 usai kematian Georges Vuitton, perusahaan tersebut kemudian dijalankan oleh sang putra, Gaston-Louis Vuitton.

Gaston kemudian meninggal dunia pada tahun 1970 dan diteruskan oleh menantunya, yakni Henry Recamier.

Memasuki tahun 1987, Louis Vuitton terus melebarkan sayapnya dengan bergabung bersama Moet et Chandon dan Hennessy untuk membentuk LVMH, langkah yang memperkuat reputasi internasional dan pengaruh tiga merek mewah.

Perusahaan hasil merger itu pun berhasil menguasai lebih dari 60 anak perusahaan yang mengelola berbagai merek terkenal.

Pada tahun 1997, Marc Jacobs diangkat menjadi direktur kreatif di Louis Vuitton dan berhasil memberikan warna baru pada monogram ikonik LV.

Baca Juga: Demonstran Serbu Fashion Show Louis Vuitton di Paris Fashion Week 2022

Warna baru pada koleksi Louis Vuitton.
Warna baru pada koleksi Louis Vuitton. Dok. gorunway/Vogue

Seiring dengan meningkatnya popularitas monogram LV, Jacob pun memanfaatkan momentum tersebut untuk memasukkannya pada fashion item lainnya.

Tak hanya pada koleksi tas Louis Vuitton, namun termasuk topi, payung, pakaian, dan aksesori lainnya.

Monogram Louis Vuitton pada koleksi aksesori.
Monogram Louis Vuitton pada koleksi aksesori. Dok. Getty Images

Setelah membawa banyak pengaruh pada brand ini, Marc Jacobs akhirnya meninggalkan Louis Vuitton dan mendirikan sendiri labelnya.

Pada tahun 2019, Louis Vuitton dinobatkan sebagai merek mewah paling berharga di dunia oleh Forbes.

Hingga saat ini, Louis Vuitton masih menjadi brand fashion mewah favorit berbagai kalangan atas di seluruh dunia. (*)

Sumber: Vogue,Louis Vuitton,Haute History
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania

3 Warna Baju yang Perlu Dihindari Saat Cuaca Panas, Bikin Makin Gerah