Review Film Keluarga Cemara 2, Sebuah Catatan Penting untuk Orang Tua

Alessandra Langit - Senin, 27 Juni 2022
Review dan ulasan film Keluarga Cemara 2, sampaikan pesan penting untuk orang tua.
Review dan ulasan film Keluarga Cemara 2, sampaikan pesan penting untuk orang tua. Visinema Pictures

Parapuan.co - Kisah Abah, Emak, Euis, Ara, dan kini ada Agil, kembali menemani musim liburan sekolah anak-anak di seluruh bioskop Indonesia.

Keluarga Cemara 2 kini bergabung ke daftar film keluarga yang tayang di layar lebar bulan Juni 2022 ini.

Berbeda dari film pertamanya yang rilis pada 2018, sekuel ini disutradarai oleh Ismail Basbeth, seorang sutradara film festival seperti Another Trip to The Moon (2015).

Keluarga Cemara 2 merupakan babak baru kehidupan keluarga Abah (Ringgo Agus Rahman) dan Emak (Nirina Zubir).

Film ini juga merupakan catatan penting bagi orang tua yang sedang menghadapi masa peralihan anak-anaknya.

Peran Emak dan Abah sebagai orang tua

Setelah hidup di tengah kesulitan ekonomi, kini Abah telah mendapat pekerjaan tetap di peternakan ayam yang jauh dari rumah.

Kesibukan Abah membuat Emak harus mengurus tiga anak perempuannya seorang diri di rumah.

Kehadiran Agil, anak terakhir yang sedang dalam masa pertumbuhan gigi, membuat Emak sulit memecah fokusnya pada anak-anak yang lainnya.

Baca Juga: Sinopsis Film Keluarga Cemara 2, Bakal Tayang 23 Juni di Bioskop

Di sisi lain, Emak juga bersiteguh tetap berjualan makanan demi mengisi tabungan keluarga yang telah habis.

Hubungan rumah tangga Abah dan Emak merupakan potret dilema keluarga dengan jumlah anggota yang cukup banyak dan tuntutan ekonomi yang tak bisa diabaikan.

Pilihan bagi Abah dan Emak terbatas, antara harus bersenang-senang dengan keluarga tapi tak bisa makan atau perut terisi namun keharmonisan harus dikorbankan?

Tentu memastikan anak-anaknya dapat bertahan hidup merupakan prioritas utama dari Abah dan Emak, walau kebersamaan harus dikorbankan.

Film Keluarga Cemara 2 tidak membiarkan keluarga ini hidup dalam kepasrahan dan menutup pilihan lainnya.

Digambarkan sebagai figur orang tua yang berdaya, Abah dan Emak mencari solusi dengan berbagi tugas sebagai orang tua.

Namun, lagi-lagi pada akhirnya, mengurus dan mendidik anak kerap dipandang sebagai tugas yang dibebankan kepada seorang ibu.

Saat berhadapan dengan tuntutan tersebut, karakter Emak pun berani bersuara.

Ia membantah stigma bahwa anak adalah tanggung jawab ibu rumah tangga seorang diri.

Baca Juga: 3 Alasan Wajib Nonton Film Keluarga Cemara 2 di Bioskop, Hadirkan Petualangan Anak yang Seru

Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga

Sering dianggap remeh, karakter Emak berhasil memotret lelahnya pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Dalam sebuah adegan, terlihat Emak duduk melamun di meja makan, tanpa ada hiruk pikuk anggota keluarga yang lain.

Hanya Emak, suara jangkrik, dan malam yang hening, namun bisa menggambarkan betapa lelahnya seorang ibu rumah tangga.

Selain itu, terlihat juga seberapa berharganya waktu ibu rumah tangga untuk diri sendiri.

Sesederhana melamun saat anggota keluarga yang lainnya sudah tidur, Emak kembali bersinergi dengan dirinya sendiri, sebuah me time yang langka bagi ibu rumah tangga.

Tak berkata-kata sedikitpun, Nirina Zubir dengan apik menunjukkan raut wajah yang lelah dengan tatapan kosong penuh arti.

Di antara adegan menghibur, adegan Emak ini menjadi titik emosional film Keluarga Cemara 2 yang ternyata merupakan karya improvisasi dari sang sutradara.

Pesan untuk orang tua di masa transisi anak

Euis (Zara Adhisty), anak perempuan sulung yang beranjak remaja, sibuk dengan urusan pertemanan dan mulai merasakan jatuh cinta.

Baca Juga: Ini Karakter Perempuan di Film Keluarga Cemara 2, Adhisty Zara Jadi Anak Sulung

Di sisi lain, Ara (Widuri Putri Sasono) merasakan dilema anak tengah yang kadang kehilangan perhatian dari orang tuanya.

Imajinasi Ara juga sedang tumbuh, membuatnya percaya bahwa ia bisa berteman dan berbicara dengan seekor ayam yang ia temukan di pinggir jalan.

Menariknya, petualangan Ara dan ayam peliharaannya menjadi pusat konflik utama dalam film ini.

Kedua putri Abah dan Emak ini sedang berada di masa peralihan, menuju masa remaja dan memiliki rasa penasaran yang tinggi.

Tanpa ada drama keluarga yang berlebihan seperti pertengkaran yang gaduh, Keluarga Cemara 2 secara perlahan memberikan catatan penting bagi orang tua.

Permasalahan utama dalam film ini memang terlihat sederhana, namun solusi yang ditawarkan menjadi refleksi penting bagi penonton.

Keluarga Cemara 2 menyampaikan pesan bahwa setiap anggota keluarga harus saling memahami dan mendengarkan.

Sedari awal perkenalan masalah, penonton sudah menyadari bahwa konflik bisa diselesaikan hanya dengan mendengarkan.

Kemudian, setiap adegan demi adegan adalah pembuktian bahwa mendengarkan bukanlah 'hanya'.

Keluarga Cemara 2 memberikan pelajaran bahwa dalam membangun keluarga, semua anggota harus saling terbuka.

Selain itu, setiap keluarga harus menyampingkan ego masing-masing, termasuk orang tua.

Selain itu, film ini juga mengingatkan penonton bahwa buah dari pekerjaan keras tidak dapat membayar waktu dan kebersamaan dengan keluarga.

Seperti bunyi lirik lagu Keluarga Cemara, sesungguhnya harta yang paling berharga adalah keluarga.

Baca Juga: Film Keluarga Cemara: Mimpi dan Harapan Anak Menjadi Kekuatan bagi Orang Tua

(*)