Wisatawan Asing Boleh Masuk Jepang, Hidden Gem Shirakawago Bisa Dikunjungi

Anna Maria Anggita - Selasa, 7 Juni 2022
Hidden gem Shirakawago di Jepang
Hidden gem Shirakawago di Jepang Torsakarin

Parapuan.co - Kabar gembira, Jepang yang kaya akan hidden gem sudah kembali membuka gerbang perbatasan bagi wisatawan internasional.

Berdasarkan siaran pers dari Golden Rama Tours & Travel, diketahui pada bulan lalu Jepang sempat melakukan percobaan dengan mengizinkan masuk bagi wisatawan yang memegang paspor dari empat negara yaitu Amerika Serikat, Australia, Thailand, dan Singapura.

Melihat dari hasil perkembangan percobaan tersebut, mulai 10 Juni mendatang Jepang mengizinkan wisatawan dari 98 negara dengan kasus dan situasi yang relatif stabil, termasuk Indonesia, untuk bisa berkunjung kembali ke sana.

Namun demikian, ada syarat yang harus dipenuhi, terutama berkaitan dengan pencegahan kenaikan angka persebaran Covid-19, di antaranya adalah wisatawan internasional yang datang ke Jepang harus pergi dengan grup wisata dan telah memiliki itinerary atau jadwal tujuan yang lengkap.

Saat datang ke Jepang, salah satu hidden gem yang bisa dikunjungi yakni Shirakawago.

Dilansir dari Kompas.com, Shirakawago yang merupakan salah satu desa di Prefektur Gifu.

Desa yang usianya diperkirakan melebihi 200 tahun ini memiliki ciri unik, yakni atap rumahnya membentuk segitiga sama kaki, terbuat dari jalinan jerami yang ditumpuk hingga tebal.

Selain itu, terdapat pula berbagai fakta menarik tentang rekomendasi tempat wisata Shirakawago yang harus diketahui calon wisatawan.

1. Lokasi dan bentuk rumah

Baca Juga: Hidden Gem Borobudur Ada 3 Zona, Kamadhatu Hingga Arupadhatu, Simak Penjelasannya

Hidden gem Shirakawago terletak di lembah Sungai Shogawa dan dikelilingi pegunungan. Kondisi tersebut membuat desa wisata ini selalu mengalami musim dingin dengan hujan salju yang hebat.

Untungnya, berbagai atap di rumah tersebut memiliki kemiringan sekitar 60 derajat sehingga tumpukan salju cepat runtuh.

Ternyata, perancang rumah gassho-zukuri di masa lampau memang telah memikirkan bentuk rumah dengan kondisi alam, salah satunya yakni atap rumah yang menghadap ke timur dan barat.

Hal ini ditujukan supaya tumpukan salju dapat segera mencair ketika terkena matahari.

2. Warisan dunia

Shirakawago dan dua desa serupa di Gokayama sudah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO sejak 1995. 

Penetapan status Shirakawago membuat para penduduk desa rekomendasi tempat wisata ini tidak bisa sembarangan merenovasi rumah mereka.

Aturan tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah demi menjaga kelestarian desa.

Baca Juga: Harga Tiket Turis Lokal Tembus Rp750 Ribu, Ini 6 Tips Wisata Ke Candi Borobudur

3. Budaya gotong royong

Warga Shirakawago memiliki tradisi unik yakni yui, di mana pemilik rumah tidak bekerja sendiri untuk mengganti atap karena semua penduduk desa berpartisipasi.

Tak hanya itu saja, bahkan warga luar desa pun turut serta.

Penggantian atap ini bisa dapat mendatangkan turis, yang mana wisatawan tidak sekadar menonton, tapi juga turut berpartisipasi.

Warga Shirakawago menganggap tradisi yui yang menunjukkan kebersamaan dan gotong royong itu sebagai alasan mengapa desa itu masih bertahan hingga kini.

Selain itu, adapun kegiatan unik lainnya di Shirakawago yakni latihan pemadaman kebakaran yang dilakukan pada bulan November setiap tahun.

4. Pemandangan saat musim dingin

Wisatawan sangat disarankan untuk berkunjung ke Shirakawago pada malam hari tepatnya saat musim dingin.

Di mana pada saat itulah seluruh desa dan setiap rumah tertutup salju tebal.

Alhasil cahaya lampu yang muncul dari jendela setiap rumah menciptakan pemandangan yang sangat indah.

Jika ingin melihat keindahan pemandangan tersebut, disarankan untuk datang pada Januari hingga Februari.

Kawan Puan, setelah mengetahui kalau Jepang sudah menerima wisatawan asing dan memahami fakta tentang Shirakawago, apakah kamu tertarik untuk datang ke hidden gem ini?

Baca Juga: 5 Destinasi Super Prioritas di Indonesia, Bisa Jadi Wishlist Liburan!

(*)

Sumber: Kompas.com,Rilis
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania