Sempat Dilarang, Ini Perjuangan Voice of Baceprot Wujudkan Mimpi Jadi Band Metal Internasional

Ardela Nabila - Minggu, 17 April 2022
Grup band Voice of Baceprot (VoB).
Grup band Voice of Baceprot (VoB). KOMPAS.COM/Kristianto Purnomo

Bahkan saat berlatih di studio musik sekolah, ketiganya harus bergantian menjaga pintu depan ruangan agar tidak diganggu oleh murid lainnya.

“Karena, kan, dulu itu studio kita enggak punya peredam (suara), itu, kan, di sekolah, jadi sudah ruangannya kecil, bergema pula. Jadi pas Sitti pukul drum itu suaranya kencang, sampai ke jalan raya kedengaran. Orang-orang suka datang, yang tinggal di sekitar sekolah atau guru-guru juga,” kenang Marsya kepada PARAPUAN beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, ketiga perempuan berhijab itu tak jarang mengalami stigma dari orang sekitarnya, tak terkecuali orang terdekatnya, sebab band, terutama metal, masih identik dengan laki-laki.

“Di sana, kan, belum umum perempuan main band, jadi stigmanya masih band itu untuk laki-laki,” lanjutnya lagi.

“Karena mungkin di sana musik metal itu belum umum. Di kampung anggapannya kalau musik metal pasti pergaulannya juga bebas,” ujar Sitti.

Marsya juga mengaku sering mendengar komentar bahwa perempuan tak seharusnya bermain alat musik seperti gitar.

“Orang-orang banyak yang bilang perempuan itu enggak enak dilihat bawa-bawa gitar ke mana-mana, dibilangnya ‘kayak pengamen, ya?’,” katanya lagi.

Sempat dilarang orang tua untuk bermusik

Tantangan yang dialami Marsya, Widi, dan Sitti tak hanya datang dari orang luar, tetapi keluarga ketiganya juga sempat menentang keputusan mereka untuk bermusik.

Baca Juga: Cerita Voice of Baceprot Jadikan Musik sebagai Ruang Aman untuk Bersuara