Peringati Hari Puisi Sedunia, Ini Penyair Perempuan Berpengaruh dari Berbagai Masa

Firdhayanti - Senin, 21 Maret 2022
Sylvia Plath, salah satu penyair perempuan berpengaruh.
Sylvia Plath, salah satu penyair perempuan berpengaruh. bali.tribunnews

Parapuan.co - Puisi adalah salah satu karya sastra para penyair yang mengekspresikan berbagai realita sosial dan nilai-nilai humanisme.

Karenanya, ada peringatan Hari Puisi Sedunia yang jatuh pada tanggal 21 Maret setiap tahunnya, pun dengan hari ini, Senin (21/3/2022). 

Dalam sejarahnya, banyak penyair perempuan yang memiliki pengaruh pada dunia dengan karya-karyanya.

Melansir WOB, ini dia penyair perempuan yang berpengaruh. 

1. Maya Angelou 

Maya Angelou
Maya Angelou palembang.tribunnews

Maya Angelou adalah penyair, novelis, aktivis, pemain drama, dan seorang profesor. 

Karya Maya Angelou yang paling terkenal adalah otobiografi pertamanya, I Know Why the Cage Bird Sings. 

Dalam buku ini, dia menggambarkan trauma hebat yang dialami pada usia 7 tahun.

Baca Juga: Begini Sejarah Hari Puisi Sedunia yang Jatuh Tiap Tanggal 21 Maret

Trauma ini membuatnya menjadi bisu sampai dia berusia 12 tahun.

Dia didorong oleh seorang mentor dan kecintaan baru pada puisi untuk menemukan kembali suaranya sendiri.

Ia banyak terpengaruh dari Langston Hughes, WEB Du Bois, Edgar Allan Poe, serta Shakespeare. 

Tulisan-tulisan Maya Angelou menjadi produktif di antara dunia sastra dan berbagai bidang lainnya, seperti sosial dan politik. 

Puisinya membahas keadilan sosial, wacana politik, dan perayaan ketahanan dan kecantikan kulit hitam dan perempuan.

2. Carol Ann Duffy 

Carol Ann Duffy
Carol Ann Duffy bbc.com

Carol Ann Duffy merupakan salah satu penyair perempuan yang karyanya punya pengaruh besar. 

Terkenal dengan menulis puisi cinta, Carol justru mengeksplorasi karyanya dengan berbagai hal, termasuk melalui lensa feminis.

Baca Juga: 4 Buku Puisi Self Healing Rekomendasi RM BTS untuk Temani Saat Galau

 

Buku puisi pertamanya berjudul Standing Female Nude mendapat pujian besar.

Dia telah menulis beberapa koleksi puisi anak-anak dan bahkan telah menulis dongeng Grimm yang diadaptasi.

Sejak 1973, Carol telah menerbitkan lebih dari 45 buku dan terus melakukannya.

Carol juga mendapat UK Poet Laureate, jabatan kehormatan yang diangkat oleh penguasa monarki Britania Raya atas nasihat Perdana Menteri selama 2009-2019.

Dia sangat menginspirasi bagi para kreatif muda di komunitas LGBT+.

Karyanya telah dimasukkan dalam antologi untuk kurikulum sekolah Inggris sehingga karyanya bergema dari generasi ke generasi.

Salah satu buku puisi terlarisnya, The World's Wife, menyajikan narasi imajinatif perempuan di balik sosok lelaki terkenal di dunia.

3. Kae Tempest 

Kae Tempest
Kae Tempest Instagram.com/kaetempest

Baca Juga: Rayakan Hari Puisi Nasional, Ini Penyair Perempuan Indonesia dari Masa ke Masa

Kae Tempest adalah seorang penyair kontemporer yang telah mengukir cara baru bagi penyair abad ke-21.

Ia memenangkan Penghargaan Puisi Ted Hughes pada tahun 2013 dengan karya teaternya, Brand New Ancients. 

Kae juga telah menulis sebuah drama, merekam dua album, sebuah novel, dan beberapa koleksi puisi.

Kae berhasil membawa pertunjukan puisi ke ranah mainstream hingga menembus dunia Hip Hop. 

Beberapa waktu lalu, Kae Tempest mengakui bahwa dirinya adalah seorang non-biner.

4. Sylvia Plath 

Sylvia Plath
Sylvia Plath bali.tribunnews

Sylvia Plath merupakan penyair paling berpengaruh di abad-20. 

Ia terkenal karena puisinya yang berjudul Daddy.

Salah satu karyanya ini mengeksplorasi hubungannya dengan sang ayah yang meninggal saat Sylvia berusia 8 tahun.

Sosok sang ayah sangat berperan dalam mentalitasnya saat ia tumbuh dewasa. 

Pada tahun 1956, Plath bertemu dan menikah dengan penyair Inggris terkenal Ted Hughes.

Pernikahan mereka bersama-sama penuh gejolak dan mendatangkan banyak spekulasi hingga hari ini.

Sepanjang hidupnya, Sylvia Plath menulis lima kumpulan puisi serta novel semi-otobiografi, The Bell Jar.

Ini bercerita tentang seorang perempuan muda yang hidup dengan penyakit mental, menavigasi kehidupan pada kelahiran kariernya.

Sylvia sendiri menderita depresi berat sejak usia muda dan sempat mencoba bunuh diri pada usia 20 tahun.

Dia sering dikategorikan sebagai confessionalist bersama dengan Anne Sexton. 

Hingga hari ini, puisi-puisi Sylvia menginspirasi kaum muda karena penggambarannya yang jujur dan berkaitan dengan keseharan mental. 

Baca Juga: Mengharukan, 5 Puisi di Drama Korea Ini Bikin Kita Menitikkan Air Mata

(*)

Sumber: Blog Wob
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania