Survei IBCWE Tunjukkan Toxic Masculinity di Tempat Kerja Masih Tinggi

Firdhayanti - Jumat, 18 Maret 2022
Toxic masculinity menjadi hal yang berdampak negatif pada dunia kerja.
Toxic masculinity menjadi hal yang berdampak negatif pada dunia kerja. nadia_bormotova

Contohnya seperti budaya kerja saling sikut, mendahulukan pekerjaan atau tidak pernah mengakui kesalahannya. 

Hasil temuan survei ini menyatakan bahwa sebanyak 91 persen responden tidak setuju apabila laki-laki tidak memerlukan teman curhat, diikuti oleh 88 persen yang tidak setuju kalau laki-laki tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Laki-laki harus lebih dominan dari perempuan dalam segala hal sebanyak 80%, serta laki-laki tidak perlu mengurus rumah tangga dan mengasuh anak sebanyak 95% responden yang tidak setuju.

Hal ini menampik anggapan sosial bahwa tugas domestik hanya bisa dilakukan oleh perempuan.

Selain itu, tercatat ada 81 persen pernyataan setuju perihal laki-laki yang harus kuat secara fisik dan mental.

Kemudian laki-laki lebih pantas untuk melakukan pekerjaan berat atau fisik sebanyak 62%, dan laki-laki dinilai harus selalu bisa mengambil keputusan dalam pekerjaannya diamini oleh 71% responden.

IBCWE melakukan survei cepat ini pada 896 orang selama bulan Februari 2022.

Responden tersebut terbagi atas 532 perempuan (59,4%), 362 laki-laki (40.4%), dan 2 orang yang tidak menyebutkan jenis kelaminnya (0,2%).

Sebagian besar responden berusia 25-34 tahun, yaitu sebanyak 311 dan terdiri dari 123 laki-laki (34%), 187 perempuan (35%), dan sisanya tidak menyebutkan jenis kelaminnya.

Baca Juga: Bagaimana Toxic Femininity dan Masculinity Memicu Kekerasan? Ini Penjelasan Psikolog

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri