Alami KDRT, Apakah Hubungan Dapat Diselamatkan? Ini Penjelasannya

Ericha Fernanda - Jumat, 4 Februari 2022
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) AngiePhotos

Parapuan.co - Memilih bertahan atau melepaskan hubungan di bawah tekanan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sama-sama sulit.

Banyak korban menyembunyikan masalah KDRT dengan berharap pelaku akan berubah, demi hubungan dan anak-anak.

Jawaban pelaku yang mengaku khilaf atau menjanjikan tidak akan pernah melakukannya lagi tidak cukup untuk perubahan pasti.

Pelaku kekerasan dalam rumah tangga berpotensi berubah, tetapi sulit dan mengharuskan mereka untuk berkomitmen pada perubahan tersebut.

Agar pelaku kekerasan dapat membuat perubahan pasti, mereka harus mengidentifikasi akar penyebab kekerasan dalam rumah tangga dan menyembuhkannya.

Akar penyebab seseorang bertindak kekerasan bermacam-macam, mulai dengan trauma masa kecil atau menormalisasinya sejak lama.

Pikiran yang menyimpang adalah penyebab umum KDRT, dan mengendalikan pikiran ini dapat membantu pelaku untuk mengelola emosinya.

Untuk belajar mengelola emosi, sangat penting mendapatkan bantuan profesional dari psikolog atau konselor.

Sebaliknya, jika seseorang hanya berjanji tidak melakukan lagi tetapi tidak ada usaha untuk berubah, kekerasan bisa terulang lagi.

Baca Juga: Beda Aib dan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Ini Penjelasan Psikolog

Melansir Marriage, terkait masalah dapatkah suatu hubungan diselamatkan setelah kekerasan dalam rumah tangga, kamu harus tau masalah utamanya.

Para ahli cenderung percaya bahwa kekerasan dalam rumah tangga biasanya tidak menjadi lebih baik.

Sebab, korban dapat merasakan was-was atau dalam keadaan siaga ketika terjadi konflik dalam rumah tangga.

Yang lain memperingatkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah siklus, artinya menjadi pola kekerasan yang berulang.

Siklus dimulai dengan ancaman bahaya dari pelaku, diikuti oleh ledakan kekerasan dari pelaku secara fisik atau verbal menyerang korban.

Setelah itu, pelaku akan mengungkapkan penyesalan, berjanji untuk berubah, dan bahkan menawarkan hadiah.

Terlepas dari janji perubahan, pada saat pelaku menjadi marah saat berkonflik dengan korban, siklus itu kembali berulang.

Menjanjikan untuk berubah adalah langkah awal, tetapi berjanji saja tidak akan membantu seseorang untuk berubah.

Jika pelaku berkomitmen untuk menghentikan kekerasan, mereka akan menjalani pengobatan, terapi, sekaligus menerapkan perilaku lebih positif.

Baca Juga: Kenali Faktor Penyebab Kekerasan pada Perempuan Secara Domestik

Perubahan konsisten dari pelaku

Hubungan bisa diselamatkan ketika pelaku benar-benar mendapatkan bantuan untuk menghentikan perilaku kekerasan dan menunjukkan perubahannya. 

Di sisi lain, ada situasi di mana pelaku tidak dapat berubah. Jadi, tetap bersama setelah kekerasan dalam rumah tangga bukanlah pilihan terbaik.

Memang banyak yang dipertimbangkan sebelum memutuskan, kuncinya adalah konsistensi perubahan perilaku.

Setelah terjadi KDRT, cobalah membuat batas dengan pelaku untuk sementara waktu dan biarkan mereka introspeksi diri.

Jika perilakunya berangsur-angsur berubah dan lebih terkendali, terutama saat konflik, hubungan akan bisa diselamatkan.

Sebaliknya, jika siklus kekerasan terulang lagi dan lagi, hubungan tidak bisa diselamatkan karena emosi pelaku tidak terkendali.

Jadi, jawaban dapatkah suatu hubungan diselamatkan setelah kekerasan dalam rumah tangga akan berbeda-beda untuk setiap hubungan.

Baca Juga: Catat, Ini 11 Akses Layanan Bantuan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan

Sebab, perubahan ini tidak akan terjadi dalam semalam dan akan membutuhkan kerja keras yang serius dari pelaku. (*)

Sumber: Marriage
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda