Review Film Penyalin Cahaya: Jalan Berliku Korban Kekerasan Seksual di Bawah Relasi Kuasa

Alessandra Langit - Minggu, 30 Januari 2022
Review atau ulasan film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja yang tayang di Netflix.
Review atau ulasan film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja yang tayang di Netflix. Rekata Studio/Kaninga Pictures

Peer pressure menjadi dorongan Sur untuk akhirnya meneguk segelas minuman keras saat mata patung Medusa menunjuknya di sebuah permainan yang dipimpim Thariq (Jerome Kurnia), pimpinan produksi teater Mata Hari.

Senyum bangga dan bahagia Sur terhadap sekelompok "keluarga" ini pun berubah ketika ia terbangun dari pesta dan mendapati beasiswanya dicabut.

Foto Sur saat mabuk tersebar di media sosial, membuat pihak kampus merasa bahwa Sur tidak pantas menjadi penerima beasiswa.

Di bawah tekanan orang tua yang konservatif, Sur harus mengingat-ingat kembali apa yang terjadi padanya di malam pesta itu.

Bersama amarah dan kekecewaan yang ia bawa, Sur menemui Anggun (Dea Panendra), sutradara teater Mata Hari, untuk menanyakan apa yang terjadi.

Petunjuk demi petunjuk tak membuahkan hasil, memantik rasa frustrasi Sur untuk menemui Amin (Chicco Kurniawan), teman masa kecilnya yang bekerja sebagai tukang fotokopi di kampusnya.

Petualangan menegangkan yang dibalut dengan sinematografi teatrikal dan music scoring yang intens pun dimulai.

Bukti dari masalah yang dihadapi Sur ini perlahan mengerucut ke tindak kekerasan seksual yang ternyata dialami Sur saat ia tak sadarkan diri.

Penyalin Cahaya menaruh penonton pada sepatu korban kekerasan seksual, melihat dan merasakan secara keseluruhan trauma korban.

Baca Juga: Penyalin Cahaya Borong 17 Nominasi FFI 2021, Shenina dan Wregas Ungkapkan Rasa Syukur

Penulis:
Editor: Linda Fitria