Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Menstruasi Telat setelah Vaksin Covid-19? Ini Penjelasannya

Ratu Monita - Senin, 10 Januari 2022
Hubungan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dengan vaksin Covid-19.
Hubungan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dengan vaksin Covid-19. Boyloso

Parapuan.co - Kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, khususnya menstruasi menjadi bagian yang terdampak setelah vaksinasi Covid-19. 

Setelah kurang lebih satu tahun yang lalu vaksin Covid-19 mulai didistribusikan, sejumlah perempuan mulai mengeluhkan siklus menstruasi mereka menjadi tidak teratur setelah vaksinasi. 

Sebagian perempuan melaporkan haid terlambat dan sebagian lain melaporkan pendarahan menjadi lebih berat dari biasanya.

Melansir dari laman The New York Times, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Obstetrics & Gynecology menemukan bahwa kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yakni siklus menstruasi perempuan memang berubah setelah vaksinasi virus corona.

Dalam hasil penelitian tersebut menyampaikan, perempuan yang sudah divaksin mengalami siklus menstruasi yang sedikit lebih lama dibandingkan mereka yang belum divaksinasi.

Mentruasi telat ini lebih terasa efeknya pada perempuan yang menerima kedua dosis vaksin selama siklus menstruasi yang sama.

Akibatnya, mereka mengalami menstruasi dua hari lebih lambat dari biasanya.

Namun, tak perlu khawatir, karena menstruasi hanya telat satu hari dan tidak terjadi terus-menerus dengan panjang siklus yang kembali normal dalam satu hingga dua bulan. 

Dengan kata lain, efek samping ini hanya bersifat sementara.

Baca Juga: Kenali Tingkatan Endometriosis, Masalah Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

Studi perihal dampak kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan setelah vaksini ini dilakukan oleh para peneliti di Oregon Health & Science University dan Warren Alpert Medical School of Brown University.

Penelitian ini juga bekerja sama dengan peneliti dari Natural Cycles, aplikasi yang telah diunduh banyak perempuan untuk melacak siklus menstruasinya.

Para peneliti melihat catatan dari hampir 4.000 perempuan yang melacak siklus menstruasi secara real time, termasuk sekitar 2.400 yang divaksinasi virus corona dan sekitar 1.550 yang tidak.

Semuanya adalah penduduk AS yang berusia 18 hingga 45 tahun dan telah mencatat siklus menstruasi setidaknya selama enam bulan.

Bagi mereka yang divaksinasi, para peneliti memeriksa tiga siklus sebelum dan sesudah vaksin untuk melihat perubahannya. Kemudian, membandingkan dengan durasi enam bulan yang sama pada perempuan yang tidak menerima vaksinasi.

Hasilnya, terlihat adanya perubahan panjang siklus menstruasi setelah dan sebelum vaksin dosis kedua, dan dibandingkan perempuan yang tidak divaksinasi, mereka tidak ada perubahan signifikan selama enam bulan.

"Sebagian besar perubahan panjang siklus terjadi pada perempuan yang divaksinasi setidaknya dua hari dalam siklus mereka," kata Dr. Alison Edelman, profesor kebidanan dan ginekologi di Oregon Health & Science University.

Ia pun mengungkapkan, jika beberapa perempuan yang divaksinasi memiliki siklus 8 hari lebih lama dari biasanya, maka itu dianggap signifikan secara klinis pada kondisi kesehatan organ kewanitaan.

Baca Juga: 5 Bahaya Merokok terhadap Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

Oleh karena itu, temuan ini dapat dikatakan tidak berlaku untuk semua perempuan. 

Kemudian, untuk penyebabnya sendiri belum dapat dipastikan, tetapi kebanyakan perempuan dengan periode teratur mengalami siklus yang tidak biasa sesekali atau periode yang terlewat.

Umumnya, hal tersebut terjadi karena perubahan kondisi hormon yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, stresor (penyebab stres), dan perubahan gaya hidup.

Sedangkan, perubahan yang diamati dalam penelitian ini tidak disebabkan oleh kondisi terkait, melainkan adanya pandemi dan perempuan yang tidak divaksinasi juga hidup di masa pandemi.

Apakah vaksin lain mempengaruhi menstruasi, untuk hal ini belum diketahui, karena uji klinis vaksin dan terapi umumnya tidak melacak menstruasi, kecuali para peneliti secara khusus menguji terapi sebagai kontrasepsi atau penambah kesuburan.

Untuk itu, diharapkan produsen vaksin dan uji klinis terapi dapat mengajukan pertanyaan mengenai siklus menstruasi, sama seperti mendata adanya tanda-tanda vital lainnya.

Lebih lanjut lagi, Dr. Edelman menyampaikan, hal tersebut penting, sama halnya dengan mengetahui fakta bahwa seseorang mungkin mengalami sakit kepala atau demam setelah vaksinasi.

Pasalnya, mentruasi menjadi kondisi kesehatan yang dialami oleh perempuan dalam seminggu di setiap bulannya. 

Nah, itulah hasil penelitian mengenai adanya pengaruh vaksin Covid-19 pada kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, khususnya membuat menstruasi sedikit telat. (*)

Baca Juga: Mengenal Penebalan Dinding Rahim, Masalah Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

Anak Perempuan Usia Remaja Rentan Terserang Lupus, Ini Penjelasan Dokter