Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan : Mitos dan Fakta Kista Ovarium

Ratu Monita - Kamis, 30 Desember 2021
Mitos dan fakta masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
Mitos dan fakta masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. coffeekai

Parapuan.co - Ada beragam masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang perlu diwaspadai oleh kaum hawa, salah satunya adalah kista ovarium.

Kista ovarium menjadi salah satu masalah kesehatan reproduksi yang menjadi momok bagi wanita. 

Di sisi lain, kista ovarium adalah diagnosa yang cukup umum sebenarnya.

Pasalnya, hampir kebanyakan perempuan didiagnosis menderita masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang satu ini.

Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Faktor Risiko Kista Ovarium

 

Hal yang membedakan yakni terletak pada jenis dan ukuran kista yang didiagnosis. 

Apalagi, jika kista ovarium sampai pecah, kondisi ini sudah tergolong darurat medis dan dapat mengancam nyawa.

Meski sudah umum, masih banyak mitos yang beredar mengenai kondisi kesehatan organ kewanitaan yang satu ini. 

Melansir dari laman Serrano Obgyn, PARAPUAN akan merangkum mitos dan fakta mengenai kista ovarium, berikut ulasannya.

1. Mitos: Kista ovarium bersifat kanker

Salah satu mitos yang beredar di masyarakat yakni masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, kista ovarium bersifat kanker. 

Faktanya, sebagian besar kista ovarium tidak bersifat kanker ketika ditemukan dan tidak menjadi kanker seiring waktu.

Kondisi ini berbeda dengan massa padat jaringan yang membentuk tumor, kista adalah kantung berisi cairan sederhana yang jarang mengandung sel kanker.

Setiap kista ovarium yang muncul setelah menopause harus diperiksa untuk tanda-tanda kanker dan dipantau, karena perempuan pascamenopause memiliki peningkatan risiko kanker ovarium.

Baca Juga: Cerita Dinda Kirana Usai Jalani Operasi Angkat Kista Endometriosis, Apa Itu?

 

2. Mitos: Kista ovarium menyebabkan masalah kesuburan

Sebagian besar kista ovarium adalah kista “fungsional” yang terbentuk selama ovulasi normal.

Sebagai informasi, kista fungsional biasanya akan menghilang dengan sendirinya selama beberapa siklus menstruasi, dan jenis kista ini jarang mengganggu ovulasi atau menyebabkan masalah kesuburan.

Meskipun relatif jarang, kista fungsional dapat bertahan, tumbuh, dan mengganggu ovulasi normal atau menimbulkan hambatan fisik pada proses pembuahan.

Terlebih, jika kista disebabkan oleh kondisi ginekologi kronis seperti endometriosis atau sindrom ovarium polikistik, kondisi tersebut memungkinkan untuk mempengaruhi kesuburan.

3. Mitos: Kista ovarium memerlukan operasi pengangkatan

Seperti yang sudah dijelaskan, sebagian besar kista ovarium adalah jenis fungsional yang menghilang dengan sendirinya pada satu hingga tiga siklus menstruasi.

Namun, jika kista terus tumbuh, atau jika kamu mulai mengalami nyeri panggul , tekanan perut, atau gejala tidak nyaman lainnya, pembedahan mungkin merupakan pilihan pengobatan terbaik.

Pembedahan juga menjadi solusi terbaik pada kondisi kesehatan organ kewanitaan.

Dalam hal ini, biasanya kista tampak abnormal pada saat pemeriksaan USG.

 

4. Mitos: Kista berulang tidak dapat dicegah

Jika kondisi tubuh rentan terhadap kista fungsional berulang, kontrasepsi hormonal seperti pil KB dapat membantu menekan perkembangannya dengan mencegah ovulasi.

Penggunaan kontrasepsi hormonal juga merupakan solusi yang baik jika pernah memiliki kista ovarium bermasalah hingga melakukan pembedahan.

Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan : 5 Makanan yang Baik untuk Pengidap Kista Ovarium

 

Dengan kata lain, timbulnya kembali kista ovarium dapat dicegah. 

Nah, berikut mitos dan fakta dari masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yakni kista ovarium, semoga tidak ada kekeliruan lagi ya, Kawan Puan! (*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh

Selain Penurunan Berat Badan, Ini Gejala Lupus pada Anak yang Perlu Diwaspadai