Nia Ramadhani Ngaku Pakai Narkoba Karena Tak Didengar saat Curhat, Ini Pentingnya Mendengarkan Keluh Kesah Teman

Maharani Kusuma Daruwati - Minggu, 26 Desember 2021
Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie
Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Facebook

Parapuan.co - Kawan Puan, seperti kita tahu artis Nia Ramadhani kini tengah menjalani rehabilitasi karena kasus narkoba yang menjeratnya.

Nia Ramadhani dan sang suami Ardi Bakrie ditahan polisi karena kasus penyalahgunaan narkotika pada Juli 2021 lalu.

Enam bulan menjalani rehabilitasi, sidang kasus Nia dan Ardi pun kembali digelar pada Jumat (24/12/2021) kemarin.

Dalam sidang tersebut, Nia pun mengungkapkan alasan akhirnya dirinya terjerumus pada barang haram tersebut.

Ia mengaku merasa sedih dan tertekan namun tak memiliki tempat untuk bercerita.

Baca Juga: Nia Ramadhani Ungkap Alasan Konsumsi Narkoba, Ditinggal Ayah dan Tuntutan

"Di awal tahun 2014 itu papa saya meninggal dan saya cuma bertemu dengan papa saya itu baru 3 tahun belakangan sebelum beliau meninggal. Dari saat itu sampai April 2021, saya belum pernah bisa cerita pada siapapun kalau saya benar-benar kehilangan," cerita Nia Ramdhani saat persidangan, seperti dikutip dari tayangan langsung YouTube Tribun Medan.

Ibu tiga anak ini pun mengaku pernah bercerita pada temannya namun mendapat respons yang kurang menyenangkan.

"Saya pernah cerita sama temen saya, saya bilang kalau saya seolah meratapi nasib saya, saya sedih, saya terpuruk. Tapi yang saya dapat jawaban dari mereka adalah 'Nia, malu lah untuk sedih. Karena hidup kamu itu banyak orang yang pengen'. Katanya banyak yang harus disyukuri. Katanya saya terkenal, saya punya suami, saya punya 3 anak, saya hidup di keluarga terpandang. Katanya nggak patut untuk sedih," jelasnya.

"Di saat itu saya bener-bener lebih terpuruk karena saya merasa sebagai seorang Nia itu adalah kutukan. Saya nggak bisa (nggak boleh) sedih, saya harus happy terus, saya nggak boleh kasih lihat kalau saya bener-bener kehilangan belahan jiwa saya, kehilangan papa saya itu," tambah Nia.

Istri Ardi Bakrie ini pun merasakan batinnya sesak tapi tak bisa bercerita pada siapapun, termasuk pada suaminya.

"Karena di tahun 2021 bulan April itu sedihnya saya sampai bikin sesek. Saya bener-bener breakdown, saya pengen cerita sama orang tapi kan nggak bisa. Karena setiap orang ketika saya cerita responsnya seperti tadi. Jadi saya mendem aja terus-terusan. Pada saat itu kan mungkin pikiran dan batin saya lagi lemah, lalu saya carilah (narkotika itu)," akunya.

Belajar dari kasus Nia Ramadhani, penting untuk kita mendengarkan keluh kesah dari teman dan memberikan respons yang baik.

Hal ini dijelaskan oleh Arina Megumi Budiani, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog klinis dewasa.

Arina menjelaskan bahwa secara umum setiap orang memiliki kondisinya masing-masing ya.

Bisa aja hari ini kita punya hari yang baik besoknya belum tentu. 

Baca Juga: Dituntut 12 Bulan Rehabilitasi, Nia Ramadhani Sebut Tuntutan Tak Sesuai BNN

"Ada ups and down-nya gitu namanya hidup. Kan setiap orang punya kepelikannya, kondisinya masing-masing yang mungkin nggak nyaman. Mau dia orang kaya, mau dia orang miskin, mau dia orang yang kelihatan bahagia atau kelihatan sedih, semua orang itu pasti memiliki kondisi-kondisi yang membuat dia tidak nyaman atau melelahkan. Sehingga dia butuh mengeluarkan itu," kata Arina, saat dihubungi PARAPUAN.

Ketika kita tengah merasakan emosi tertentu karena kelelahan, pada dasarnya, apapun emosi yang muncul dan kita rasakan adalah valid.

"Karena emosi dasar aja ada banyak, bahagia, sedih, marah, jijik, takut. Itu aja kalau kita lihat ada banyak (macam) emosi itu, dan tidak semuanya hanya yang menyenangkan saja. And that's oke untuk kita ngerasain itu. Kita nggak bisa selalu kontrol kita mau ngerasa sedih atau enggak," ungkapnya.

Ketika kita merasakan setiap emosi yang muncul pada diri kita, kita pun harus dapat mengelolanya dengan baik.

Salah satunya bisa dengan bercerita ke orang lain seperti sahabat atau orang terdekat kita.

Seseorang butuh bercerita untuk mendapatkan valiadsi, mendapatkan pengakuan dan merasa diterima.

"Salah satunya itu dengan cerita ke orang, mendapatkan validasi, mendapatkan pengakuan, mendapatkan (merasa) diterima gitu. Bahwa 'Oh oke. It's okay lho untuk ngerasa kayak gitu. Boleh lho untuk ngerasa capek dan sebagainya'," jelas psikolog yang berbasis di Jakarta tersebut.

Namun, ketika hal itu tidak kita dapatkan, maka ini menjadi tak tersalurkan.

Sehingga, menurut Arina, penting untuk kita bisa mendengarkan dan memberikan respons yang tepat saat ada orang lain yang mencurahkan isi hatinya.

Baca Juga: Bella Hadid Curhat Atasi Perjuangan Kesehatan Mental di Instagram, Ini Tanda-Tanda Kelelahan Mental

"Dan itu ketika kita nggak dapatkan dari orang sekitar kita, jadinya tidak tersalurkan tu. Sehingga sebenernya perlu banget orang-orang sekitar yang mendapatkan curhat dari temennya untuk bisa memberikan respons yang lebih sesuai gitu," ujarnya.

Mendengar menjadi penting untuk membantu seseorang dapat merilis emosinya.

"Kalau ada orang cerita, kita usahakan, karena gini, ketika kita denger orang lain cerita, bawaannya pingin direspons aja, pingin dikomentarin, pingin dikasih solusi. Padahal mungkin yang orang itu butuh cuma tempat untuk ngeluarin itu aja," terangnya.

"Jadi, ada baiknya kita untuk belajar 'Ya udah dengerin aja'. Nggak perlu dikomentarin, nggak perlu dikasih judge," tambah Arina.

(*)

 

 

Manfaat Melukis bagi Kesehatan Mental, Kegiatan yang Viral di TikTok