Setelah Perempuan Menikah, Kenali Cara Menetapkan Batasan yang Sehat dalam Hubungan

Ratu Monita - Selasa, 21 Desember 2021
Membuat batasan sehat dalam hubungan setelah perempuan menikah.
Membuat batasan sehat dalam hubungan setelah perempuan menikah. SunnyVMD

Adanya batasan dalam hubungan setelah perempuan menikah menunjukkan adanya garis batas seseorang untuk dirinya sendiri dan bersama pasangan.

Sebagai contoh, garis batas ini dapat berupa tidak membuka handphone pribadi satu sama lain, adanya batasan saat memberikan saran pada pasangan, serta berhati-hati saat mengucapkan kalimat yang kurang enak pada pasangan.

Alasan perlu adanya batasan yang sehat dalam hubungan

Menurut Fern, sebagai seseorang yang telah berpengalaman menghadapi berbagai kasus dalam hubungan, pasangan tetap harus saling menghargai batasan satu sama lain.

Di sisi lain, ia menyampaikan bahwa batasan yang jelas dalam hubungan memang diperlukan, namun untuk beberapa kasus batasan yang terlalu kaku dapat merusak hubungan pasangan.

Pasalnya, seringkali ditemukan pasangan yang membuat batasan terlalu ekstrem, di mana ia hanya fokus melakukan proteksi, namun merusak hubungan emosional dengan pasangannya. 

Batasan yang sehat ini dinilai penting, karena jika acuh terhadap batasan, maka konsekuensinya adalah membiarkan pasangan memengaruhi diri sendiri.

Sementara, suatu hubungan dikatakan sehat di saat satu sama lain memahami mana batasan yang harus dijaga, serta bisa menghargai satu sama lain.

Baca Juga: 4 Alasan Mengapa Perempuan Mulai Kehilangan Minat Pada Pasangannya

Sulit menerapkan batasan yang sehat dalam hubungan

Menyampaikan teori memang terkesan begitu mudah, sedangkan melakukan praktiknya begitu sulit.

Begitu pula dengan menerapkan batasan yang sehat dalam hubungan setelah wanita menikah

Hal ini dinilai sulit karena pasangan terlalu takut untuk mengambil konsekuensi secara emosional saat diharuskan untuk berkata 'tidak', menurut Fern.

“Dari pada suasana jadi tidak enak, lebih baik menuruti saja perkataan pasangan,” jelasnya.

Perasaan ini timbul karena adanya ketakutan untuk ditinggalkan, dan kecemasan bahwa jika tidak melakukan apa yang diinginkan pasangan, maka ia akan pergi.

 

Sumber: Cosmopolitan
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh