Sejarah Tren Bekerja Jarak Jauh Mulai dari WFH hingga WFA, Apa Itu?

Arintha Widya - Kamis, 9 Desember 2021
hybrid working
hybrid working Photo by Helena Lopes on Unsplash

Parapuan.co - Pandemi Covid-19 tak hanya mengubah kebiasaan hidup, tetapi juga kebiasaan bekerja.

Untuk meminimalkan penularan Covid-19 di tempat kerja, banyak perusahaan yang kemudian menerapkan bekerja dari rumah alias WFH (work from home).

Tak lama setelah keluar rumah dan bepergian mulai diperbolehkan, istilah baru bekerja jarak jauh atau remote working menjadi populer.

Bekerja jarak jauh berarti dari mana saja, dan tidak mewajibkan karyawan berangkat ke kantor.

Istilah WFH dan remote lama-lama pun berkembang menjadi WFA atau work form anywhere.

Baca Juga: 5 Tips Efektif Wanita Karir sebagai Guru Sukses Mengajar, Terutama saat Jarak Jauh

WFA tidak hanya bekerja tanpa ngantor dan jarak jauh, tetapi karyawan bisa bekerja sembari berlibur dan bepergian.

Bahkan, karyawan bisa bekerja ketika di perjalanan menggunakan transportasi umum seperti kereta maupun pesawat.

Akan tetapi, tahukah Kawan Puan bahwa WFA yang sebelumnya adalah WFH ini sebenarnya sudah bukan istilah baru dalam dunia kerja?

Seperti melansir hbr.org, ternyata kebijakan WFH dulunya pernah dilakukan pada periode tahun 1970-an. Berikut sejarahnya!

Sejarah singkat bekerja jarak jauh

Kebijakan WFH diterapkan di Amerika Serikat ada 1970-an karena melonjaknya harga bensin yang disebabkan oleh embargo minyak OPEC tahun 1973.

Melonjaknya harga bensin membuat biaya perjalanan ke kantor menjadi lebih mahal, sehingga perusahaan membuat kebijakan tersebut.

Kala itu, kebijakan memperbolehkan karyawan bekerja dari mana saja selama membatasi perjalanan yang mengeluarkan uang bensin.

Mereka diizinkan berangkat ke kantor secara berkala dan bebas mengendalikan jadwalnya sendiri.

Lalu, adopsi WFH semakin meningkat di tahun 2000-an berkat teknologi dan kemunculan komputer pribadi, internet, email, ponsel, dan sebagainya.

Baca Juga: Cegah Bosan WFH, 5 Model Hybrid Work Ini Bisa Diterapkan Perusahaan

Bertahun-tahun kemudian, akhir-akhir ini, gagasan WFH kembali digaungkan karena pandemi yang melanda di seluruh dunia.

Milenial antusias dengan gagasan WFH dan bekerja jarak jauh karena mereka tak harus berangkat ke kantor.

Di samping itu, mereka senang dengan ide bahwa mereka dapat keliling dunia sembari bekerja.

Bahkan, kebijakan bekerja jarak jauh disinyalir telah mampu meningkatkan produktivitas para karyawan.

Perusahaan besar seperti Google dan Yahoo, misalnya, mereka lebih fleksibel dalam hal kebijakan kerja jarah jauh untuk pegawainya.

Adaptasi WFA

Selain perusahaan besar di atas, sebagian besar perusahaan di seluruh dunia mulai bergerak menuju fleksibilitas.

Mereka memungkinkan karyawan untuk bekerja dari mana saja dan tidak sepenuhnya terikat dengan kantor/perusahaan.

Program WFA sendiri rupanya sudah dikenal pada 2012, di mana Amerika Serikat mengizinkan karyawan bekerja dari mana saja di negara tersebut.

Namun, para karyawan pun diharuskan bersedia membayar sendiri biaya perjalanan mereka.

 Baca Juga: Ini 5 Keuntungan WFH dari Segi Finansial yang Bisa Didapatkan

 

Kini, tren bekerja dari mana saja mulai populer di Indonesia dan banyak diterapkan perusahaan.

Generasi milenial pun dapat bekerja di berbagai lokasi yang mereka inginkan, seperti kafe, kamar hotel staycation, dan masih banyak lagi.

Bukan hanya karena kebijakan perusahaan, tetapi jenis-jenis pekerjaan di era digital seperti sekarang juga memungkinkan mereka dapat bekerja secara WFA.

Sebut saja bagi mereka yang bekerja sebagai jurnalis, penulis konten, social media marketing, desainer, ilustrator, dan sebagainya.

Apakah perusahaan tempat Kawan Puan bekerja sudah menerapkan WFA? (*)

Sumber: hbr.org
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh