Gentle Parenting, Pola Asuh yang Utamakan Ikatan Orang Tua dan Anak

Ericha Fernanda - Senin, 6 Desember 2021
Gentle parenting, gaya pengasuhan tanpa hukuman
Gentle parenting, gaya pengasuhan tanpa hukuman ThitareeSarmkasat

Parapuan.co Gentle parenting adalah tren pola asuh yang berakar pada membangun hubungan yang kuat antara orang tua dan anak.

Orang tua memberikan pengasuhan yang terbuka terkait berbicara tentang perasaan, harapan, keinginan, kebutuhan, pengaturan diri, dan disiplin yang wajar.

Sebenarnya gentle parenting adalah variasi lain dari pola asuh otoritatif, yang bertujuan memberikan otonomi atau pilihan pada anak.

Dalam gentle parenting, orang tua berusaha membesarkan anak dengan kepekaan dan kehangatan untuk mengukur harapan dan batasan yang masuk akal.

Baca Juga: Berdampak pada Anak, Ini Beda Pola Asuh Otoriter dan Otoritatif!

Melansir Mindbodygreen, berikut komponen-komponen gentle parenting dalam praktik membesarkan anak.

1. Ikatan kuat antara orang tua dan anak

Pada dasarnya, gentle parenting mengutamakan ikatan kuat orang tua dengan anak. Sehingga, biasa disebut pola asuh keterikatan.

Fokus hubungan orang tua dan anak tersebut menjadi kunci untuk membantu anak-anak mengembangkan pemahaman diri secara internal.

Harapannya, anak menjadi lebih peka terhadap emosi dan perilakunya. Serta, belajar mengendalikan emosi sejak dini.

2. Menggunakan otonomi dan pilihan

Komponen kunci gentle parenting selanjutnya adalah memperlakukan anak sebagaimana orang tua ingin diperlakukan.

Misalnya dengan memberikan otonomi dan pilihan, berusaha memahami perspektif anak sebelum membuat keputusan, dan mengakui perasaannya.

Otonomi tersebut akan digunakan anak sebagai cara untuk belajar memecahkan masalah saat menghadapi tantangan baru.

Baca Juga: 5 Pola Asuh Positif Bentuk Karakter Tangguh pada Anak di Masa Depan

3. Tidak menggunakan hukuman

Gentle parenting tidak menggunakan hukuman sebagai cara mendisiplinkan anak, melainkan evaluasi perilaku buruk agar anak belajar dari kesalahan.

Saat evaluasi, orang tua dan anak duduk berhadapan dalam keadaan tenang, lalu memberitahukan perilaku apa yang salah dan bagaimana cara memperbaikinya.

Sehingga, orang tua dan anak dapat mengeksplorasi perasaan negatif bersama dalam ruang yang aman untuk membantunya memproses.

4. Perhatikan cara memberikan pujian

Gentle parenting merekomendasikan agar pujian digunakan untuk membangun percaya diri dan harga diri pada anak.

Jika pujian berlebihan, ini akan mendorong anak belajar untuk berpikir bahwa mereka membutuhkan validasi dari luar untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri.

Jadi, berikan pujian secara bijak terutama pada proses belajar dan prestasinya. Serta, hindari memuji fisik berlebihan.

Baca Juga: 7 Afirmasi Positif yang Perlu Didengar Setiap Anak, Bantu Lebih PD!

5. Membiarkan anak menjadi bagian dari proses pengasuhan

Jika orang tua ingin anak tumbuh menjadi anak yang mandiri, maka perlu diajak untuk memutuskan mulai hal kecil hingga besar.

Libatkan mereka dalam pekerjaan rumah sehari-hari, seperti membereskan mainan, makan sendiri, mencuci piring, atau bahkan menyapu.

Selain itu, jangan paksa anak untuk memberikan mainannya kepada anak lain saat mereka sedang memainkannya.

Jika mengambil mainan itu secara paksa, anak merasa dirinya tidak dihargai karena diabaikan perasaannya.

Jadi, itulah komponen penting dari gentle parenting ya, Kawan Puan.

Apakah Kawan Puan juga menerapkan pola asuh ini pada anak?

Sumber: mindbodygreen.com
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara