Tanda Komunikasi Tidak Sehat dengan Pasangan setelah Perempuan Menikah

Ratu Monita - Minggu, 5 Desember 2021
Komunikasi yang buruk setelah perempuan menikah.
Komunikasi yang buruk setelah perempuan menikah. PonyWang

Parapuan.co - Baik sebelum maupun setelah perempuan menikah, komunikasi yang baik dan efektif adalah kunci sebuah hubungan dapat berjalan langgeng. 

Dengan adanya komunikasi yang baik dalam hubungan pernikahan tentu saja akan memudahkan pasangan dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan pernikahannya. 

Pasalnya, tidak ada pernikahan yang benar-benar sempurna tanpa adanya tantangan atau permasalahan lainnya.

Kendati demikian, melansir dari laman YourTango, menurut seorang peneliti pernikahan, John Gottman, sebanyak 69 persen masalah di dalam pernikahan tidak dapat terselesaikan.

Baca Juga: Tidak Ada Kecocokan dan 3 Alasan Perempuan Menikah Lebih Baik Bercerai

Bahkan, sering kali masalah yang dinilai sepele bisa menjadi besar, jika pasangan tidak mampu menjalin komunikasi yang sehat.

Kali ini, PARAPUAN akan membahas tanda pasangan yang memililiki komunikasi yang tidak sehat setelah perempuan menikah, seperti yang disampaikan oleh Karen Finn, divorce and life coach.

1. Selalu mengkritik

Pasangan yang mengkritik umumnya akan mengucapkan kata seperti, "kamu selalu" atau "kamu tidak pernah".

Namun, apabila dilihat dari sisi lainnya, ungkapan tersebut dapat dimaknai sebagai curahan hati pasangan sebagai respon terhadap perilaku tertentu. 

Menurut Finn, ungkapan tersebut juga dapat memberikan ruang bagi pasangan setelah wanita menikah untuk merundingkan solusinya. 

2. Defensif atau membela diri

Tanda lainnya komunikasi yang tidak sehat pada pasangan setelah perempuan menikah adalah adanya unsur defensif atau membela diri. 

Memang, pada dasarnya sangat wajar seseorang membela diri jika merasa diserang atau pun disalahkan. 

Namun, unsur pembelaan diri ini tidak dapat dibenarkan jika digunakan untuk menghindari tanggung jawab atas apa pun dalam hubungan, karena perilaku ini justru memperparah masalah.

3. Penghinaan

Finn juga menyampaikan bahwa gaya komunikasi yang sangat buruk itu memancarkan superioritas dan penghinaan moral.

Penghinaan moral di sini dalam bentuk sarkasme, ejekan, dan humor yang menyakitkan.

"Penghinaan itu kejam, demoralisasi, tanpa empati, berbahaya secara emosional, dan prediktor nomor satu perceraian," tambah dia.

Baca Juga: Perempuan Menikah Wajib Tahu, Alasan Pasangan Selingkuh dengan Rekan Kerja

4. Menghalangi

Selain penghinaan, menghalangi juga menjadi salah satu esensi dasar dari komunikasi yang tidak sehat dalam hubungan setelah wanita menikah. 

Menghalangi yang dimaksud di sini adalah cara mempertahankan diri ketika kewalahan atau dibanjiri dengan pertengkaran, menurut Finn. 

Dengan kata lain, pasangan yang menghalangi biasanya akan memilih untuk diam, memalingkan muka, atau bahkan melarikan diri dari konflik yang terjadi.

Menghalangi dinilai menjadi tanda komunikasi yang buruk, karena sudah tidak ada lagi kepercayaan, tidak ada keamanan emosional, tidak ada rasa saling menghormati, dan tidak ada kebaikan yang dapat ditunjukkan dari sikap ini.

5. Memiliki sikap kompetitif

Dalam pernikahan sejatinya dua sejoli hidup berdampingan.

Namun, jika salah satu bergumul dengan rasa tidak aman dan tidak tahu cara menanganinya, maka ia akan menyembunyikan perasaannya dari pasangan. 

Hal ini biasanya muncul sebagai upaya untuk selalu benar atau superior.

6. Menyalahkan pasangan

Unsur menyalahkan pasangan ini dapat dilihat dari ungkapan awal seperti "Aku atau kamu" adalah tanda seseorang sedang menyalahkan pasangan, kemudian diikuti dengan kata-kata seperti "selalu" dan "tidak pernah".

Selain ungkapan, intonasi yang menuduh juga menjadi tanda seseorang menyalahkan pasangan.

7. Berteriak

Emosi marah memang suatu hal yang alami dan wajar terjadi, tapi hal ini tergantung bagaimana individu tersebut mengendalikannya. 

Jika diungkapkan dengan cara yang tidak bertanggung jawab dan meledak-ledak, hal ini tentu saja dapat menimbulkan masalah baru dan cenderung tidak sesuai dengan konteks yang disampaikan.

"Alhasil, orang yang dimarahi hanya akan mendengar dan mengingat serangan yang keras, serta ofensif dengan hal-hal negatif yang dilontarkan," sambung dia.

Baca Juga: Tips Perempuan Menikah dengan Pasangan Beda Usia agar Hubungan Harmonis

8. Melupakan kebersamaan

Jika seseorang merasa terjebak dalam kondisi yang tidak diinginkan, maka akan dengan mudah baginya melupakan kebersamaan.

Untuk itu, cobalah mengingat bahwa kita dan pasangan berada di "perahu yang sama", serta mengungkapkan perasaan satu sama lain terlebih dahulu, lalu mencari cara untuk berkompromi.

Jadi, komunikasi yang buruk setelah perempuan menikah, bukan hanya sekadar dilihat dari ungkapan kata, melainkan juga nada serta adanya emosi di dalam penyampaiannya. (*)

Sumber: YourTango
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri