Usung Budaya Batak, Pagelaran Ethnic and Harmony Tonjolkan Keindahan Kain Ulos

Aghnia Hilya Nizarisda - Kamis, 18 November 2021
Keindahan kain ulos ditonjolkan pada pagelaran Ehnic and Harmony yang ke-4.
Keindahan kain ulos ditonjolkan pada pagelaran Ehnic and Harmony yang ke-4.

Parapuan.co - Untuk keempat kalinya, pagelaran Ethnic and Harmony hadir kembali dan terus konsisten dengan niat melestarikan budaya di Tanah Air.

Berbeda dengan pagelaran-pagelaran sebelumnya, sentuhan lebih dalam akan budaya Batak dengan mengedepankan ulos diperagakan sedemikian rupa.

Founder Ethnic and Harmony Hetty Sinaga pun mengatakan, pagelaran ini lebih menyentuh hati para undangan yang berada jauh dari kampung halamannya. 

"Pagelaran ini mampu menggurat kesan di hati para undangan untuk memiliki sebuah komitmen dan melakukan sesuatu untuk bona pasogit (kampung halaman)," ujar Hetty.

Baca Juga: Dukung Perempuan Pegiat Tenun, Kolaborasi Ini Gelar TENUN Fashion Week

Heletan akbar tersebut dipenuhi dengan dentang gondang bersama alunan serune di setiap sudut ruangan yang berlangsung di Satrio Tower, Jakarta Selatan, Minggu (14/11).

Ketua Gerakan Warna Alami Indonesia (Warlami) Myra Widiono pun mengungkapkan bahwa acara seperti pagelaran Ethnic dan Harmony ini penting demi budaya Indonesia.

Pasalnya, acara tersebut tidak sekadar pagelaran, melainkan mempertemukan para pencinta seni Batak, baik dalam bentuk fashion, penenun, pelukis, bahkan pemusik tradisional.

Meski begitu, kain tenun ulos Manurung Songket karya Marnaek Manurung tetaplah menjadi bintang utama dalam pagelaran itu.

Puluhan koleksi kain tenun ulos terbaiknya yang indah dan elegant dipamerkan disana. Manurung songket mengusung pewarnaan alami dalam karya-karyanya.

Selain itu, musik gondang Batak dimainkan dengan ritme yang sangat pas sementara peragaan busana berlangsung oleh Rumah Gondangta.

Pasalnya, kelompok musik Batak yang dibina oleh Hardoni Sitohang ini adalah salah satu musisi terbaik yang berasal langsung dari daerah Toba.

 

Di samping fashion show dan iringan musik batak, acara itu pun makin meriah dengan lukisan yang mengangkat tema selaras tentang kampung halaman.

Tiga buah lukisan karya pelukis bernama Hotli Silalahi turut mengguratkan kecintaan para undangan untuk memberikan hati dan pikirannya ke bona pasogit.

Betapa tidak, acara yang berlangsung sekitar 2 jam penuh itu membuat para undangan mendapatkan sebuah sajian "Dari Desa ke Kota" yang menginspirasi.

Baca Juga: Demonstran Serbu Fashion Show Louis Vuitton di Paris Fashion Week 2022

Undangan diajak lebih memberikan hatinya untuk mengembangkan budaya Batak walau kehidupan saat ini jauh dari desa.

Pesan budaya tak boleh lekang dari kehidupan kita sehari-hari. Acara tersebut menjadi ajakan untuk terus melestarikan kain ulos, musik, sastra, dan juga tortor.

Tentunya masih banyak peninggalan luhur yang sesungguhnya kita harus gali kembali untuk dapat kita titipkan kepada generasi kita selanjutnya. Kalau bukan kita siapa lagi?

Pasalnya, budaya bukanlah sekadar tontonan, melainkan itu adalah tuntunan. Ikuti zaman boleh tapi jangan tinggalkan budayamu.

Damiten, Manurung Ulos, Rumah Gondangta berharap agar setiap kegiatan yang dapat mengangkat nilai-nilai budaya perlu mendapatkan dukungan masyarakat dan juga pemerintah.

Hetty Sinaga juga berpendapat, "Budaya bukan hanya narasi tapi laksi nyata, berbuat, bertindak berkarya sebagai bukti kita perduli akan warisan budaya yang patut kita jaga bersama."

Dengan penuh perjuangan, merancang helatan akbar ini pun tujuannya bukan sekadar untuk kepentingan eksistensi pribadi tapi lebih kepada eksistensi budaya itu sendiri.

Maka dengan ini, Hetty mengajak semua masyarakat Batak untuk tetap mendukung kegiatan-kegiatan yang bersifat melestarikan budaya.

Dengan melakukan fashion show, penampilan musik dan masih banyak lagi tema-tema Batak yang patut kita angkat untuk kehidupan kita sehari-hari. (*)

Pertama Kali ke Jogja? Baca Rekomendasi Wisata Ini